Cegah Stunting, Pemkot Gandeng Puskesmas dan Posyandu
JAKARTA,SJN COM,-Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung serius mencegah stunting (anak kerdil). Keseriusan tersebut dibuktikan dengan ikutnya Pemkot Bandung dalam penandatanganan Deklarasi dan Komitmen Upaya Percepatan Pencegahan Anak Kerdil (Stunting) di Hotel Borobudur Jakarta, Kamis (3/10/2019).
Penandatanganan deklarasi ini dilakukan oleh Wali Kota Bandung, Oded M. Danial pada Rapat Koordinasi Teknis Dalam Mendorong Konvergensi Program Percepatan Pencegahan Stunting di Wilayah Prioritas. Selain Wali Kota Bandung, sebanyak 104 Bupati/Wali Kota juga ikut menandatangani deklarasi dan komitmen yang sama.
Usai mengikuti rapat koordinasi tersebut, Oded M. Daniel mengatakan, berdasarkan data terakhir program Bulan Penimbangan Balita (BPB), di Kota Bandung ada sekitar 8.500 penderita stunting.
“Kita didorong oleh pemerintah pusat harus lebih memperhatikan permasalahan ini. Data yang saya dapatkan terakhir bulan Februari sebanyak 8.500 penderita atau sekitar 8 persen dari 105.000 balita yang ditimbang. Kita akan tekan terus untuk menurunkannya bahkan menghilangkannya,” tegasnya.
Pemkot Bandung melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) dan dinas terkait lainnya akan terus berupaya melakukan pencegahan dini. Di antaranya dengan menyosialisikan pencegahan stunting kepada masyarkat khususnya para orang tua melalui Posyandu dan program lainnya.
“Kami terus menyosialisasikannya. Dengan dinas terkait kita terus memberikan penyuluhan dan pengetahuan kepada orang tua melalui Posyandu yang rutin digelar di kewilayahan. Kita harus kerja keras menekan risiko Stunting pada anak di Kota Bandung,” katanya.
Pemkot Bandung terus berupaya melalui kegiatan Posyandu dan akan menyinergikan dengan puskesmas untuk selalu menjelaskan stunting kepada ibu hamil. “Stunting dimulai sejak dalam kandungan sampai 1.000 hari umur anak atau sekitar 2 tahun. Maka dari itu, kita akan sinergikan dengan puskesmas,” katanya.
Pda kesempatan yang sama, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung, Henny Rahayu Ningtyas menjelaskan, pihaknya telah memiliki sejumlah program pencegahan stunting.
“Kami di dinas kesehatan secara rutin melayani pemeriksaan kepada ibu hamil. Kami selalu memberikan penyuluhan tentang pentingnya ASI eksklusif sampai umur bayi 2 tahun,” ujarnya.
Sementara itu Deputi Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan Sekretariat Wakil Presiden, Bambang Widianto mengatakan, program percepatan pencegahan stunting dapat terwujud apabila pemerintah pusat dan daerah fokus menangani masalah ini secara bersama-sama.
Ada lima pilar penting yang harus dilakukan agar semua program pencegahan stunting bisa sukses berjalan. Kelimanya yaitu komitmen pemimpin, kampanye perubahan perilaku, konvergensi program, akses pangan bergizi, pemantauan dan evaluasi program.
Bambang optimis jika kelima pilar tersebut berjalan sesuai rencana tingkat stunting dapat diturunkan ke level 19,48% pada tahun 2024. Saat ini, prevalensi stunting di Indonesia masih berada pada angka 30,8%.
Walau pun bukan termasuk penyakit, stunting tidak bisa dipandang sebelah mata. Anak dengan kondisi stunting cenderung memiliki tingkat kecerdasan yang lebih rendah dibanding anak yang tumbuh optimal.
“Stunting tidak bisa diremehkan ataupun dibiarkan karena sangat merugikan. Kita harus cegah bersama,” tuturnya.