Ridwan Kamil Pastikan Komitmen Jepang Bantu Program Lingkungan Di Jabar
TOKYO.SJN COM,-Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil memulai lawatan kerjanya ke Jepang dengan menggelar sejumlah pertemuan dengan berbagai pihak terkait komitmen pembangunan dan rencana investasi di Jawa Barat.
Pertemuan tersebut dimulai dengan Kementerian Lingkungan Hidup Jepang (Ministry of the Environment of Japan) kemudian dengan pihak Japan Internasional Coorporation Agency (JICA) pada Selasa (5/11/19) di Tokyo, Jepang.
Emil – panggilan akrabnya – mengatakan bahwa pertemuannya dengan Wakil Menteri Lingkungan Hidup Jepang Nakayama membicarakan rencana dan komitmen bantuan terhadap sejumlah program lingkungan di Jabar. “Pertama, dukungan Jepang untuk pemulihan Sungai Citarum, dari mulai pengolahan limbah industri yang canggih akan dihibah dan dikerjasamakan,” katanya.
Kemudian, rencana dukungan pada proyek
Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir sampah (TPPAS) regional Legok Nangka di Kabupaten Bandung terkait program Green Business yang diikuti Jepang. “Nah, beliau (Wamen Lingkungan Jepang) menyarankan ini akan dibahas secara teknis di bawah, agar bantuan program terkait lingkungan dari Jepang di 2020 bisa dilaksanakan,” jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama Emil juga menyampaikan permintaan keterlibatan perusahaan-perusahaan Jepang yang memiliki pabrik di Jabar untuk menyalurkan dana CSR-nya untuk turut serta dalam pemulihan dan penghijauan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum.
Menurutnya dukungan untuk program lingkungan pun datang dari JICA yang menyambut baik target pemerintah menjadikan Citarum sungai terbersih dan ramah lingkungan pada 2024.
“JICA akan memastikan banyak bantuan dalam bentuk dana dan teknologi dan kepakaran dalam membantu Jabar mempercepat program Citarum Harum,” tutur Emil.
Kedua dalam pertemuan tersebut JICA juga mendorong Jabar menjadi percontohan program pengelolaan sampah menjadi energi (waste to energy). Dimana JICA akan membantu mengawal proyek TPPAS Legoknangka juga 3-4 proyek serupa di sejumlah wilayah.
“Ada 3-4 proyek Waste to Energy yang akan dibantu JICA dalam prosesnya. Lewat support JICA maka kredibilitas proyek ini di mata internasional menjadi sangat baik. Insyaallah Jabar menjadi percontohan yang baik untuk provinsi ramah lingkungan,” kata Gubernur.
JICA juga menurutnya memastikan tetap komitmen mendorong investasi ke Indonesia lewat kerjasama antar pemerintah (G to G). Dia mencontohkan kontribusi tersebut lewat pembangunan Pelabuhan Patimban, Subang yang akan memenuhi standar pembangunan berkelanjutan. “Jadi standar-standar internasional bisa kita penuhi, kalau berhasil bukan hanya untuk Jawa Barat dan Indonesia, namun untuk dunia dan Jepang,” pungkasnya.
*Tawaran di Segitiga Rebana*
Kepala Dinas Perhubungan Jabar Herry Antasari menambahkan mengingat konstruksi Pelabuhan Patimban, Subang dikerjakan pihak Jepang, maka JICA turut didorong untuk berkontribusi dalam pengembangan kawasan Segitiga Rebana.
JICA yang menjadi bandul dari bantuan donor Jepang ke Indonesia dinilai Pemprov Jabar mampu mendorong kontribusi maksimal dan optimal dalam rencana Rebana yang akan jadi kawasan ekonomi khusus tersebut.
“Kalau urusan pelabuhan sudah clear ya, yang menjadi konsen Pemprov Jabar adalah pengembangan kawasannya. Jadi kedatangan Pak Gubernur kesini untuk memastikan, menggambarkan peran mereka tidak selesai hanya setelah kontruksi tapi mereka juga ditawarkan terlibat dalam pembangunan infrastruktur yang ada di Rebana,” katanya.
Gubernur menurut Herry juga meminta peran Jepang dalam upaya membangun infrastruktur penunjang pelabuhan sekaligus akses konektifitas yang menghubungkan antara Patimban, Kertajati dan kawasan Cirebon.
“Prinsipnya siapapun bisa masuk dan berkontribusi dalam pembangunan kawasan, tapi karena konstruksi Patimban sudah lebih dulu oleh Jepang, kenapa tidak oleh mereka. Mereka juga berkepentingan agar investasi kembali cepat,” kata Herry.
Kawasan Rebana membutuhkan ekosistem yang terbangun dengan baik, lewat pertemuan dengan pihak JICA diharapkan pula mereka bisa membangun komunikasi dengan pemerintah Jepang serta perusahaan-perusahaan swasta yang bisa masuk Rebana. “Kalau ekosistemnya baik, maka pembangunan pelabuhan akan makin cepat,” ungkap Herry.
Peluang Jepang menggarap dan mengembangkan Rebana terbuka mengingat 10-11 pusat pengembangan dan industri yang ada di kawasan tersebut membutuhkan selain akses juga fasilitas air bersih hingga transportasi dan pemukiman. “Kita ingin Rebana bisa terbangun dengan cepat, sumber daya sudah ada sekaligus tawaran kemudahan perizinan yang sudah dipastikan oleh Pak Gubernur,” pungkasnya.(hms/dh)