Sebagai Sentra Produksi Hortikultura, Kabupaten Garut Jadi Pilot Project Closed–Loop Sistem
GARUT.SJN COM.-Rudy Gunawan, didampingi Kepala Dinas Pertanian Garut dan Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Garut, menerima Kunjungan Kerja Ditjen Holtikultura Kementerian Pertanian RI dan Rombongan Closed Loop KADIN, di Ruang Pamengkung, Pendopo Garut, Selasa (14/07/2020).
Rombongan perwakilan Dirjen Holtikultura Kementerian Pertanian RI, Mega, didampingi Ketua Komtap Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) Bidang Hortikultura, sekaligus Dekom Pupuk Kujang, Karen Tambayong, dalam rangka Pilot Project kabupaten Garut Melalui Closed–Loop Sistem Sebagai Solusi Bisnis Koltikultura Yang Berkeadilan.
Bupati Garut, Rudy Gunawan menyampaikan, kedatangan Dirjen Holtikultura Kementerian Pertanian RI, Komtap KADIN Bidang Hortikultura ke Kabupaten Garut dalam rangka koordinasi mengenai perkembangan bidang pertanian khususnya di bidang hortikultura.
Pemkab Garut sendiri sudah melakukan percobaan cara bercocok tanam yang baik. “Kita sudah mencoba bertanya cara bercocok tanam, tapi pakan lelenya mahal, pakan ikan jug mahal,” ungkap bupati.
Pihaknya berharap, kepada seluruh tamu undangan yang hadir untuk bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Garut, tidak hanya di bidang pertanian, namun bidang lainnya.Sementara itu, Ketua Komtap Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) Bidang Hortikultura, Karen Tambayong, menuturkan kunjungan kerjanya ke Kabupaten Garut, karena Kabupaten Garut dinilai sangat bagus dan banyak lahan-lahan pertanian khususnya untuk holtikultura, yang sangat presentatif untuk dilakukan usaha atau bisnis kedepannya.
“Maka sebagai awal silaturahmi kami kepada Bapak Bupati Garut dan untuk kedepannya kita akan lebih serius kembali menata hubungan kerja sama ini,” ujarnya.
Menurutnya, kerjasama berbagai pihak dalam mengoptimalkan potensi sumberdaya memecahkan berbagai tantangan di sektor pertanian terbuka lebar. Dalam hal ini, keberadaan para aktor di sepanjang rantai nilai pertanian, mulai dari hulu sampai ke hilir, from the field to the table, tidak boleh dipandang selalu dari sisi kompetisi, yang dalam slogan lama akan dapat menciptakan efisiensi.
Dengan perkembangan situasi global dan domestik yang semakin vulnerable dan uncertain, maka sinergi antar aktor untuk menciptakan iklim berusaha yang berdaya saing, sekaligus berkeadilan, hendaknya lebih ditonjolkan dalam era pasca pandemi covid, termasuk dalam bidang pertanian.
Karen menuturkan, bisnis hortikultura, baik sayuran, buah-buahan, tanaman hias atau obat menjanjikan nilai ekonomi yang tinggi. Tidak jarang petani sudah berupaya memperbaiki sistem produksi komoditasnya, namun pada saat panen, karena bersamaan dengan petani lain maka harga jual jatuh. Upaya optimalisasi baik manajemen produksi dan pemasaran hasil akan lebih mudah bila petani memperoleh contoh nyata yang dapat ditiru dari petani lain.
Model closed-cloop ke depan, imbuhnya, diharapkan dapat menjadi success story yang dapat menjadi salah satu referensi dalam pengembangan bisnis hortikultura di Indonesia.
Kabupaten Garut dinilainya sebagai salah satu sentra produksi hortikultura terbesar di Indonesia, khususnya komoditas sayuran seperti, cabe, tomat, kentang jeruk, dan alpukat. Sehingga Pemerintah Garut sendiri mempunyai program pembangunan pertanian yang diarahkan untuk pengembangan kewirausahaan terutama bagi generasi muda.
Dengan dukungan secara serius dari Pemerintah Daerah, seharusnya bisnis pertanian dapat berkembang dengan sangat baik di Kabupaten Garut. Sebagai model bisnis awal untuk closed-loop, komoditas cabe, misalnya, dapat dipilih karena masih besarnya tantangan peningkatan produktivitas dan fluktuasi harga yang terjadi baik di pasar maupun di tingkat petani.
Dalam kunjungan tersebut turut serta,Profesor M. Firdaus (IPB University), Pimpinan Program Bank Dunia, Pimpinan/ Perwakilan PT. Pupuk Kujang, Pimpinan /Perwakilan PT. Panah Merah, Pimpinan/Perwakilan Paskomnas (Pasar Komoditas Nasional), Sunny Gadafi (8 Village), Rizal Fahreza (Perwakilan Petani Muda Garut), serta tamu undangan lainnya.(red)