Di Tengah Pandemi, Jabar Tetap Jadi Suaka Menarik Bagi Investor
BANDUNG.SJN COM.-Provinsi Jawa Barat (Jabar) masih menjadi destinasi menarik bagi para investor meski dalam situasi pandemi COVID-19.
Selama paruh pertama 2020, Jabar menempati peringkat pertama realisasi investasi Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dengan total Rp57,9 triliun.
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Jabar Noneng Komara Nengsih pun optimistis sektor investasi akan mengakselerasi pemulihan ekonomi Jabar.
“PMA ada penurunan sebesar 30 persen, tetapi PMDN meningkat lebih dari 20 persen. Ini memperlihatkan minat investor untuk berinvestasi di Jabar masih tinggi,” kata Noneng Komara dalam jumpa pers Road to Indonesia Investment Day di Hotel Savoy Homann, Kota Bandung, Selasa (29/9/20).
Noneng Komara melaporkan, pada semester I 2020, ada sekitar 8.000 pemohon izin untuk berinvestasi di Jabar. Jumlah itu bisa lebih besar apabila diakumulasikan dengan pemerintah kabupaten/kota.
Permohonan izin yang tinggi, kata Noneng, memperlihatkan besarnya minat investor untuk menanamkan modalnya di Jabar. Terlebih indeks kepuasan investor berinvestasi di Jabar terus meningkat.
“Kami mendapatkan predikat A atau prima dari kementerian untuk pelayanan investasi. Mudah-mudahan ini dapat membangun kepercayaan investor kepada Jabar,” ucapnya.
“Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Jabar terus bekerja keras untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif,” imbuhnya.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jabar Herawanto mengatakan, kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang mumpuni dan infrastruktur yang akseptabel menjadi modal Jabar untuk menarik minat investor.
“Di sini (Jabar) memiliki human resources yang quality-nya juga relatif terbaik di Indonesia,” kata Herawanto.
Dalam Road to Indonesia Investment Day, Jabar menawarkan tujuh proyek strategis. Ketujuh proyek tersebut yakni Aerocity Kertajati, Subang Industrial Park, Pariwisata Ciater Raya, Kawasan Walini Raya, Kertajati Industrial Estate Majalengka, Greater Cirebon Solid Waste Treatment Plant, dan Jatigede Regional Water Supply System.
Acara tersebut menjadi ajang promosi proyek-proyek investasi unggulan di 11 Provinsi di Indonesia, termasuk terutama tentunya di Jawa Barat yang mempunyai kontribusi penting dalam perekonomian nasional.
Herawanto menyatakan, untuk menjaga iklim investasi yang kondusif di tengah pandemi, semua pihak, mulai dari pemerintah, pelaku bisnis, sampai masyarakat, perlu memperkuat optimisme.
Selain itu, kata Herawanto, Pemda Provinsi Jabar harus menjaga keseimbangan dinamis. Artinya, pengendalian COVID-19 berjalan beriringan dengan pemulihan ekonomi.
“Dari sisi suplai harus ada kebijakan-kebijakan yang berpihak agar memberikan ruang gerak yang leluasa bagi pelaku-pelaku bisnis. Tentunya dengan protokol kesehatan,” katanya.
“Pemda Provinsi Jabar sudah menerapkan yang kami sebut keseimbangan dinamis antara pendekatan protokol kesehatan dan kegiatan mendorong perekonomian,” tambahnya.
Kemudahan Izin dan Insentif
Noneng Komara mengatakan, Pemda Provinsi Jabar sudah menerapkan teknologi untuk memangkas waktu dan mempermudah proses perizinan. Pemohon izin, kata ia, dapat mengajukan permohonan secara daring.
“Para investor tidak harus datang ke kami. Cukup dari kantornya dengan serta-merta dapat memperoleh izin. Tentu saja apabila semua persyaratan dapat dipenuhi,” ucapnya.
Selain kemudahan izin yang diberikan Pemda Provinsi Jabar, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) memberikan sejumlah intensif bagi para PMA untuk berinvestasi di Indonesia.
“BKPM sudah memberikan beberapa insentif kepada para investor. Di antaranya adalah pajak, kemudahan ekspor-impor, serta program kemudahan untuk industri,” kata Noneng Komara.
Ketua Tim Percepatan dan Inisiasi Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) PT Migas Hulu Jabar (MUJ) Mungki Rahadian mengatakan, regulasi dan dukungan pemerintah kerap ditanyakan investor yang akan menanamkan modal di Jabar.
Mungki sendiri menjadi perwakilan proyek Greater Cirebon Solid Waste Treatment Plant dalam Road To Investment Indonesia.
“Investor tidak mungkin bisa masuk ke Indonesia dengan regulasi yang membuat mereka sulit untuk bisa masuk. Maka, itu semua harus kita kelola,” kata Mungki.
Selain regulasi dan dukungan pemerintah, kata Mungki, kesiapan proyek yang ditawarkan pun menjadi indikator penting dalam menarik minat investor, khususnya investor dari luar negeri.
“Jaminan offtaker, siapa yang akan menerima hasil produksi, siapa konsumennya? Ada berapa konsumennya? Berapa harganya ? Dan berapa yang mereka bisa tampung? Dan berapa lama? Dibuat kontrak yang panjang tidak? Itu pertanyaan-pertanyaan kritis yang selalu ditanyakan investor,” ucapnya.
Dalam Road To Investment Indonesia, sejumlah investor tertarik untuk menanamkan modal di proyek Greater Cirebon Solid Waste Treatment Plant. (red)