Akses Siswa Terhadap Buku Mata Pelajaran Sangat Rendah
JAKARTA.SJN COM.-Hasil survei Bank Dunia menyebutkan akses para siswa di Indonesia terhadap buku mata pelajaran sekolah sangat rendah. Aksesnya baru mencapai 47,4 persen. Hasil survei ini sangat memprihatinkan. Padahal, usia Republik ini sudah 75 tahun merdeka.
Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda mengungkapkan hal ini saat memimpin rapat dengar pendapat dengan para pejabat dari Kemendikbud, Kemenkominfo, Kemendes PDTT, Kemendagri, dan Perpustakaan Nasional, Rabu (25/11/2020). Hasil survei tersebut juga menggambarkan tingkat akses literasi secara umum tak beranjak menuju tren positif.
“Hasil survei ini membuat kita terpukul. Selama 75 tahun Indonesia merdeka kita masih terbebani akses siswa terhadap buku mata pelajaran. Belum lagi bicara literasi dalam makna luas, yaitu kemampuan memahami persoalan dan menjadikan pengetahuannya sebagai karya dan produk siswa,” papar politisi PKB ini.
Hasil survei Bank Dunia tersebut telah dirilis dua bulan lalu. Fakta ini sekaligus menjadi PR besar pemerintah bagaimana membuka kemudahan akses bagi para siswa untuk mendapatkan buku-buku mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. “Artinya, ini paling dasar menyangkut literasi,” sambung Syaiful lagi.
Ditambahkannya, definisi ideal menyangkut literasi disampaikan pula oleh UNESCO bahwa yang dimaksud kemampuan literasi adalah kemampuan masyarakat memaknai konteks dari teks yang dibacanya. Di Indonesia, jangan para siswa memahami teks yang dibacanya, akses terhadap buku mata pelajaran saja sulit didapat. Sekali lagi ini jadi keprihatinan kita semua. (mh/sf)