PENGEMBANGAN TEKNIK BATIK DENGAN MEDIA BUBUR TAMARIN KEDALAM PENCIPTAAN SENI DAN DAMPAKNYA BAGI INDUSTRI KREATIF
BANDUNG.SJN COM.-Pameran Batik bercerita yang digelar di Galeri Thee Huis Taman Budaya pada bulan September 2021 yang menampilkan karya karya dari empat perempuan seniman peneliti sangat menarik untuk disimak. Sebanyak 40 karya yang dipamerkan adalah mayoritas merupakan hasil dari implementasi penelitiannya yang bekerjasama dengan sentra perajin binaannya yang tersebar di beberapa kota penghasil batik. Keempat perempuan seniman peneliti tersebut adalah dosen dari berbagai perguruan tinggi yaitu Ariesa Pandanwangi selaku ketua peneliti dan Belinda Sukapura Dewi dari Universitas Kristen Maranatha, Nuning Damayanti dari Institut Teknologi Bandung, dan Arleti Mochtar Apin dari Institut Teknologi Harapan Bangsa. Penelitian dengan skema penelitian terapan unggulan perguruan tinggi ini diperloleh dari hibah Kemendikbudristek dengan support dari masing-masing universitas peneliti.
Menelusuri ruangan galeri seolah kita diajak untuk kembali menggali berbagai cerita rakyat dari nusantara. Cerita yang berasal dari tradisi lisan yang disampaikan secara verbal kini berubah menjadi narasi visual yang disajikan di atas berbagai jenis medium tekstil seperti kain katun, kain sutera, dan kain sutra baron dengan ukuran panjang rata rata 210-220 cm dan lebar 110 cm. narasi visual tersebut di didisplay ada yang ke arah horizontal (landscape) dan vertical (potrait). Cerita-cerita yang disampaikan merupakan bagian atau keseluruhan sekuen cerita dari berbagai cerita rakyat di nusantara, seperti cerita dari Jawa Barat adalah Sangkuriang, Situ Bagendit, Asal usul Cirebon, Nyi Anteh, si Leungli, Asal usul Gunung Guntur. Cerita dari Jawa Tengah adalah Dewi Sri, Roro Jonggrang, Roro Kidul. Cerita dari Jawa Timur adalah Cindelaras dan Ayam Sakti, Jaka Tarub dan 7 bidadari, Keong Mas. Selain didisplay beberapa kain tersebut juga dipergunakan dalam manekin dengan cara didilit dan dipadukan dengan kebaya atau blouse ataupun jas. Kesan fashionable semakin menarik bila dikenakan oleh generasi milenial.
Roro Jonggrang – Ariesa Pandanwangi (Universitas Kristen Maranatha)
Sangkuriang – Belinda Sukapura Dewi (Universitas Kristen Maranatha)
Nyi Roro Kidul-Nuning Damayanti (ITB)
Dewi Sri-Arleti Mochtar Apin (ITHB)
Ketua peneliti, Ariesa, menyampaikan bahwa tujuan dari pameran ini untuk kembali mengisahkan cerita dari nusantara berupa kisah legenda, mitos, cerita rakyat ke dalam proses penciptaan yang secara konsep digagas oleh empat peneliti yang kemudian diimplementasikan ke industri kreatif. Kami seniman peneliti ini berupaya membantu para perajin dengan memberikan beberapa alternative dalam penggunaan material membatik yang ramah lingkungan, membuat motif baru yang digagas dari cerita – cerita rakyat, dan membantu membukakan pangsa pasar yang lebih baik lagi dengan cara bekerja sama dengan Deskrasnada setempat, Kamar Dagang dan Industri (KADIN), demikian paparnya.
Hasil penelitian kami ini juga dapat dimanfaatkan juga dalam dunia Pendidikan sebagai media pembelajaran, seperti Pendidikan karakter bagaimana agar seseorang tidak menjadi sombong, saling membantu sesama, tidak serakah, yang disampaikan melalui narasi visual, papar Arleti Mochtar Apin sebagai bagian dari tim peneliti. Penelitian ini sekalipun sudah berakhir di tahun ketiga tetapi peneliti tetap bekerjasama dengan industri kreatif untuk terus Bersama-sama mengembangkan gagasan, dan meningkatkan pemasaran produk batik bercerita.(die)