Daddy Rohanandy : Mendorong BIJB Kertajati Berjalan Optimal
Bandung.Swara Jabbar Com.-.-Bandara International Jawa Barat (BIJB) Kertajati Dinilai belum memanfaatkan peluang yang telah ditawarkan oleh Pemerintah pusat secara optimal, sehingga saat ini baru menunjukkan geliat belum mampu untuk runningwell.
Demikian dikatakan Anggota Komisi IV DPRD Provinsi Jawa Barat Drs.H. Daddy Rohanady saat diminta tanggapannya terkait perkembangan BUMD punya Pemprov Jabar ini, Oleh BEDAnews.com di Gedung DPRD Jabar Selasa (16/5).
“Kertajati sekarang saya lihat ada Geliat tapi belum running well, Kertajati, baru geliat, bahwa ada umroh mulai, its OK. Tapi berapa sih frekwensinya ? berapa volumenya ? tercover gak kapasitas jabar ? berapa kali dia berangkat, berapa orang yang bisa diberangkatkan dari situ, berapa pesawat ? Padahal idealnya 20 persen penduduk Indonesia ada di Jawa Barat. Jangan salah. Itu potensi yang sangat besar , karena kenyataan berangkatnya tetap aja cengkaren sebagian besar.” Sesalnya.
Emang masih banyak hal yang harus ditata, tapi yang utama adalah Goodwill, kalau goodwill dilakukan otomatis sesungguhnya ngikutin, kalau ada goodwill jalan jangan nunggu samai akhir 2
23 beres operasionalkan, kan tidak cukup dengan jalan saja, jalan bagus bisa maksimal ? belum tentu. Fasilitas butuh RS, Butuh tambahan Volume avtur pom bensinya, otomatis kan, terminal cukup gak.
Landasan pacu untuk bandara Kertajati sesungghunya disetting 3, tidak satu. sekarang baru satu, itu settingannya ada 3.
Makanya saya bilang kalau Kertajati running well dalam artian 100 persen, dia lahan masih kurang, kalau mau jujur , settingan kertajati itu 1800 ha existing hari ini baru 1040 ha, masih ada 760 ha harus dibebaskan.
“Sebagai sebuah bandara disekitaran BIJB ada 5200an ha yang kita setting sebagai aerocity. 5200 didalamnya kalau ikut, aturan Presiden kemarin PT.DI Pindah, PT Pal Pindah relokasi disitu, bohong kalau Kertajati gak hidup. !”ungkap Daddy.
Kita ini termasuk saya berkoar-koar terus untuk apa. Mengingatkan di Jawa Barat itu ada bandara. Bahwa itu merupakan otoritasnya pusat silahkan !. Tapi jangan kemudian itu dijadikan kuburan, kami tidak ikhlas, sebab sebagai salah satu wakil rakyat saya tidak mengiklaskan kemudian Kertajati menjadi kuburan.
“Cuma kawan PT. BIJB dan AP II juga harusnya menangkap secepatnya, ketika Pak Jokowi sudah jelas jelas ngasih, kertajati diberi kesempatan umroh dan haji, cepat itu optimalkan.
Kedua PT DI dan PT PAl ya harus diloby mau ke tempat kami, frekwensi penerbangan sudah ada, jalur sudah bagus.
Bagaimana jalur pingin bagus cepat ke BPJT, Pak tolong dipercepat realisasi jalan tol Cisumdawu diberesin, sehingga tidak ada alasan lagi orang tidak mau berangkat dari Kertajati.”Jelas Daddy.
Terakhir ketika diberi opsi MRO (Maintenance Repair and Overhaul) itu jelas sekali pa Jokowi ngasih itu,seharusnya tangkap itu dengan baik baik, MRO itu tidak sedikit, MRO untuk pesawat TNI dan Polri bayangkan berapa ribu pesawat mau diperbaiki disitu, hangar dbangun cepat, itu duit semua!.
Sebenarnya dibikin MRO utk pesawat TNI Polri aja itu bisa gak tidur karyawan BIJB, serius …
Cuma saya gak ngelihat itu.. peluang ada, pusat sudah memberi goodwill. Buka pintu, tetapi tidak juga dimanfaatkan! Sesal Daddy.
PT BIJB seharusnya ngasih kavling ke bebera perusahaan yang mau buka itu, itu kan hangar dibuka , beberapa perusahaan sudah minta, 20 ha, berikan itu dari total sekitaran 84 ha, khusus untuk MRO.
Buka itu secepatnya, peluang bisnis yang sangat besar, belum tentu datang lagi besok ganti presiden, belum tentu MROnya dikasih ke Kertajati.
“Saat ini untuk MRO baru 4 ha, Cuma baru beberapa pesawat sih. Coba bayangkan kalau 84 ha, itu uang semua..!”
Wakil Ketua Fraksi Partai Gerindra DPRD Jawa Barat mnyebut. Saya melihat Direksi ini masih kurang gesit juga. Saya sempat tegur ke biro investasi, saya bilang itu kurang gesit bu. Lusi.
Beberapa kali di berbagi forum saya ingatkan tolong BIJB dimanfaatkan secara optimal. Itu sdudah dikasih ruang oleh presiden.
Tetapi kita tidak memanfaatkannya, Bodoh betul ! Bodoh betul itu, sayangnya , saya tidak di Komisi III. Kalau tidak, habis itu.
Jangan dibuang , bodoh betul, bodoh betul itu gak dimanfaatkan. !
“Ya masalahnya direksi kurang optimal mengupayakan, saya tidak tahu seberapa concern mereka terhadap ini.”(AP)