Kisah Teror Harimau Di Batavia Tahun 1633-1687 Berdasarkan Catatan Sejarah
Kisah Teror Harimau Di Batavia Tahun 1633-1687 Berdasarkan Catat
Oleh Jeremy Huang Wijaya
Sejarawan Peter Boomgaard dan Hendrik E. Niemeijer pernah menuliskan adanya serangan teror Harimau di Jawa dalam kurun Waktu 1633 hingga 1687
Bagaimana kisahnya?
Jakarta dulu namanya Batavia, pada tahun 1600an yang mendirikan Batavia adalah JP Coen dan Souw Beng Kong, mereka mendatangkan Warga Tionghoa dari Tiongkok China untuk membangun Batavia, ada yang ahli pertukangan, arsitektur, ahli perkebunan, ahli masak, dan ahli perdagangan. Sehingga Batavia menjadi pusat perdagangan. Tahun 1600 Batavia Hanya sebagian kecil wilayahnya yang dihuni manusia sebelum jadi pusat perdagangan.
masih berupa hutan lebat. Sementara sisanya dipenuhi oleh satwa liar, termasuk harimau Jawa.
Dalam kondisi seperti itu, penduduk tidak hanya hidup di bawah tekanan sistem kolonialisme, tetapi juga menghadapi ancaman nyata dari harimau yang berkeliaran bebas.
Sejarawan Peter Boomgaard dalam bukunya Frontiers of Fear (2001) mencatat, dalam kurun waktu antara 1633 hingga 1687, atau tiga dekade pertama kekuasaan VOC, terdapat setidaknya 30 laporan tentang orang yang dibunuh atau diserang harimau.
Kebanyakan serangan terjadi di sekitar kebun tebu, yang kala itu menjadi habitat populer harimau. Selain rimbun dan tersembunyi, ladang tebu juga kerap menjadi tempat berkeliarannya makanan harimau, yakni babi.
Pada 1644, seorang warga China diceritakan tewas diserang dari belakang oleh harimau saat berburu bersama beberapa tentara di siang hari. Namun, serangan tidak hanya terjadi di ladang.
Di kawasan terbuka seperti jalanan, harimau juga berkeliaran. Tahun 1659, Boomgaard mencatat 14 orang menjadi korban serangan harimau di Ancol dalam waktu hampir bersamaan.
“Mereka diserang, dan ada yang diseret dari jalanan ke hutan. Rekan-rekannya yang masih selamat melepaskan beberapa tembakan hingga harimau melepaskan korban,” tulis Boomgaard.
Tak hanya menyerang warga lokal, harimau juga mengincar orang Eropa. Korban pertama dari kalangan Eropa yang tercatat namanya adalah Louis van Brussel. Dia tewas diterkam harimau pada tahun 1668.
Tentu, catatan Boomgaard hanya gunung es. Di luar sana, masih banyak orang jadi korban serangan harimau yang tidak tercatat. Atas situasi yang semakin mengancam ini, pemerintah kolonial pun mengambil tindakan. Perburuan harimau digelar sebagai langkah perlindungan bagi penduduk dan pekerja di sekitar Batavia.
Pemerintah Turun Tangan
Sejarawan Hendrik E. Niemeijer dalam Batavia, Masyarakat Kolonial Abad XVII (2012) mencatat pada tahun 1644, VOC pernah mengerahkan sekitar 800 orang untuk memburu harimau. Hewan-hewan buas itu kemudian dibunuh dan bangkainya dipamerkan di depan Balai Kota, yang kini berada di kawasan Kota Tua, Jakarta.
Tak hanya melibatkan pasukan resmi, VOC juga mengajak masyarakat sipil untuk ikut serta dalam perburuan. Sebagai imbalannya, VOC memberikan hadiah uang tunai yang jumlahnya bervariasi. Alias tergantung pada ukuran dan tingkat keganasan harimau yang ditangkap.
Menurut catatan sejarawan Peter Boomgaard, untuk harimau biasa hadiah yang diberikan sekitar 10 ringgit. Nominal ini cukup untuk memenuhi kebutuhan beras satu keluarga selama setahun.
Insentif ini mendorong banyak orang melakukan perburuan secara mandiri demi meraih keuntungan. Akibatnya, populasi harimau menyusut drastis. Boomgaard mencatat setiap tahun lebih dari 50 harimau terbunuh hanya di sekitarr Batavia.
“Dalam riset berjudul “The Last Tiger in East Java: Symbolic Continuity in Ecological Change” (1995) antropolog R. Wessing menjelaskan, perburuan harimau disebabkan oleh perubahan peta ekonomi di Jawa. Masifnya pembukaan hutan untuk keperluan perkebunan dan ekonomi kolonial memicu gesekan antara hewan buas itu dan manusia.
Akibatnya, konflik pun tak terelakkan. Harimau menyerang ternak dan manusia dengan rata-rata korban jiwa mencapai 2.500 orang per tahun. Demi alasan keamanan, manusia lantas berburu harimau.
Alhasil, perburuan yang berlangsung selama bertahun-tahun membuat populasi harimau, khususnya harimau Jawa, menurun drastis. Pada 1940, diperkirakan hanya tersisa 200-300 ekor. Jumlah ini terus menyusut hingga harimau Jawa dinyatakan punah pada 1980.