Bandung.Swara Jabbar News Com.-DPRD Jawa Barat mendorong penguatan mitigasi kebencanaan. Hal ini mengingat pola cuaca yang semakin tidak menentu di khususnya di wilayah Jawa Barat.
Anggota Komisi IV DPRD Jawa Barat, M Rizky mengatakan pentingnya peningkatan teknologi untuk melindungi masyarakat dari potensi risiko bencana hidrometeorologi.
Upaya pemutakhiran ini diharapkan dapat menekan risiko banjir, longsor, dan bencana hidrometeorologi lainnya yang sering melanda Jawa Barat. Dengan sistem yang lebih canggih, seperti alat pantau cuaca, sensor gempa, dan alarm banjir, diharapkan peringatan dini dapat disampaikan lebih akurat dan cepat kepada masyarakat.
“Patokan musim (zaman) dulu sudah tidak relevan. Hujan dan kemarau sekarang sulit diprediksi. Maka perlu teknologi yang lebih canggih, seperti alat pantau cuaca, sensor gempa, dan alarm banjir di sungai besar. Semua harus terintegrasi dengan BMKG dan instansi nasional lainnya,” kata Rizky di Bandung, Senin (1/12/2025).
Sistem peringatan dini atau early warning system yang sudah dimiliki Jawa Barat saat ini masih memerlukan peningkatan signifikan. Rizky memberikan analogi dengan perangkat elektronik seperti ponsel atau komputer yang membutuhkan upgrading secara berkala. Pemutakhiran ini diharapkan dapat membuat peringatan banjir, pantauan cuaca, dan sensor gempa menjadi lebih canggih dan akurat.
DPRD Jawa Barat berharap besar bahwa peningkatan teknologi dan sistem mitigasi ini akan efektif menekan risiko bencana. Bencana seperti banjir, longsor, dan berbagai jenis bencana hidrometeorologi lainnya kerap melanda wilayah ini. Dengan demikian, investasi pada teknologi peringatan dini menjadi sangat strategis untuk keselamatan warga.
Selain persoalan teknologi, Rizky juga menyoroti masalah lingkungan yang memperparah risiko bencana di Jawa Barat. Intensitas hujan yang meningkat tidak diimbangi dengan kemampuan lahan menyerap air. Hal ini disebabkan oleh menurunnya kawasan resapan air, yang pada gilirannya meningkatkan risiko banjir di wilayah hilir.
Kerusakan lingkungan ini sebagian besar dipicu oleh aktivitas manusia yang tidak bertanggung jawab. Rizky menjelaskan bahwa hilangnya lahan lindung menyebabkan air hujan tidak lagi tertampung secara optimal.
“Kerusakan lingkungan ini salah satunya akibat campur tangan manusia. Lahan lindung yang hilang membuat kapasitas dasar menyerap air hujan menurun. Ini juga harus jadi perhatian kita,” ujar Rizky.
Kondisi ini menuntut perhatian serius dari pemerintah daerah dan seluruh pemangku kepentingan. Upaya restorasi lingkungan dan penegakan aturan terkait tata ruang menjadi sangat penting. Tanpa penanganan yang komprehensif, pemutakhiran sistem peringatan bencana saja tidak akan cukup untuk mengatasi akar masalah bencana hidrometeorologi di Jawa Barat.(adv)







Comment