Cerita Sukses Gentong Mas dari Pesantren Sadang Lebak
GARUT.SJN COM.-Tak hanya dodol yang selama ini kita kenal, ternyata Garut memiliki beragam potensi produk pangan lain. Menariknya, ada produk pangan tepatnya minuman berkhasiat yang diproduksi oleh sebuah pondok pesantren.
Ponpes Sadang Lebak yang terletak di Kampung Sadang Lebak, Desa Situsari, Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut sejak 2003 memproduksi minuman bernama “Gentong Mas”. Dengan bahan dasar gula merah dan jintan hitam atau habbatussauda, minuman ini berkhasiat untuk kesehatan.
Di tengah pandemi COVID-19, produk kesehatan termasuk berbahan herbal memiliki prospek cerah. Dengan promosi dan strategi pasar kuat mengadaptasi teknologi digital, Gentong Mas menjadi solusi pandemi bagi penghuni pesantren.
Pengasuh Ponpes Sadang Lebak KH. Aceng Hasan menjelaskan, tujuan dirinya membangun usaha ini adalah untuk membantu warga yang tidak mampu agar bisa mengenyam pendidikan di pesantren Sadang Lebak yang saat ini memiliki sekitar 300 santri.
“Saya membuat sebuah pabrik ini adalah untuk membantu orang-orang yang tidak mampu untuk mengaji (mondok di pesantren). Kita siap membantu dari masalah biayanya, kesehatannya, daripada nganggur di pingir jalan. Kita buat pabrik ini supaya umat itu bisa pesantren di sini, makanya santri yang mondok di pesantren ini gratis, dari mulai listrik, makan, biaya kesehatan ini ditanggung oleh pesantren,” jelasnya.
Menurutnya, dengan pasar Gentong Mas seluruh Indonesia omzet per bulan mencapai Rp500 juta. Namun, dia berharap pemerintah pun bisa membantu memasarkan produk usahanya tersebut.
“Alhamdulillah kalau omzet itu kurang lebih 500 grosan per bulan, kalau diuangkan sekitar Rp400-500 juta sebulan. Pemasaran sudah ke seluruh Indonesia, masuk ke segmen apotik,” kata Aceng.
“Saya hanya ingin bagaimana supaya pemerintah bisa membantu percepatan (pemasaran) produk ini supaya bisa terasa manfaatnya,” ujarnya.
Gentong Mas yang diproduksi CV Gentong Mas adalah serbuk minuman yang berkhasiat untuk meningkatkan kesehatan tubuh dan mencegah berbagai penyakit, seperti diabetes, mag, asma urat dan reumatik, kolesterol tinggi, dan berbagai penyakit lainnya dan telah bersertifikat halal dari MUI.
Untuk mendapatkan bahan dasar pembuatan Gentong Mas mudah. Seperti gula aren dan jintan hitam dia dapatkan dari petani lokal.
“Untuk mendapatkan bahan sekaligus untuk membantu petani juga, seperti gula aren, habbatussauda atau lada hitam, kapol, kayu manis, bunga lawang dan ada di sini (Garut),” ucap Aceng.
“Kemudian produk ini nggak ada pengawet dan kedaluwarsanya bisa sampai dua tahun. Dan alhamdulillah Gentong Mas sudah masuk BPOM, dan kalau sudah BPOM sertifikat halal sudah masuk semua,” katanya.
Pamor Gentong Mas rupanya sampai juga ke telinga Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Jawa Barat Atalia Praratya Ridwan Kamil dan menyempatkan diri mengunjungi langsung pabriknya langsung ke Garut, Kamis (24/12/20).
Atalia mengapresiasi sekaligus kagum dengan ponpes tersebut. Menurutnya, Sadang Lebak bisa menjadi contoh pesantren yang mandiri secara ekonomi.
“Pesantren Sadang Lebak sejak 2003 mendorong perekonomian masyarakat khususnya para santri. Gentong Mas bahkan sudah tidak masuk lagi ke dalam program OPOP karena ini sudah menjadi percontohan,” ujar Atalia.
Atalia memuji proses produksi yang bersih dan memperhatikan prokes COVID-19. “Kita lihat bagaimana tempatnya bersih, kemudian protokol kesehatan apalagi saat covid ini selalu terjaga dengan sangat baik dan produknya juga kita lihat kualitasnya tidak bisa dihindari ini kualitas jempolan,” tuturnya.
Menurut Atalia, apa yang dilakukan di ponpes Sadang Lebak perlu dicontoh. Sebab pesantren ini tipe pesantren mandiri yang tidak mengandalkan kedermawanan pihak luar untuk membiayai hidup santri dan operasional pesantren.
“Oleh karena itu, sangat penting sekali bagaimana kemudian pesantren-pesantren mulai menggeliatkan diri untuk mereka mandiri secara ekonomi mulai dari percontohan, seperti yang dilakukan oleh pesantren Sadang Lebak ini,” ujarnya.
“Kemandirian pesantren ini harus dibangun dan diciptakan melalui potensi masing-masing. Ada yang berkebun, membudidayakan jamur, kerajinan, dan lain sebagainya. Paling penting adalah konsisten,” tambahnya.
Hal yang perlu distimulus adalah bagaimana mengangkat produk pesantren ke level yang lebih tinggi. Dekranasda kabupaten/kota memiliki peran vital.
“Saya juga hadir bersama Ibu Ketua Dekranasda (Kabupaten Garut). Insyaallah kita akan bekerja sama bagaimana supaya produk-produk ini bisa lebih dikenal oleh publik,” katanya.(red)