KEAYAHAN DAN KEKAYAAN PERADABAN
Bandung.Swara Jabbar Com.-
Oleh: Hj. Siti Muntamah Oded, S.AP.
(Ketua BPKK DPW PKS Jawa Barat)
Berteduh, Berlebuh
Ada lumbung emosi pada seorang lelaki maskulin, gagah, dan terkadang sangat tegas, yang kemduian disebut Ayah. Lumbung emosi apa? Emosi ketenangan, kasih sayang, perhatian, kepedulian. Artinya, sesibuk Ayah melampaui rangkaian kegiatan dan kewajiban bekerja, tetap mampu menjadikan dirinya ruang untuk berteduh.
Seorang istri, seorang ibu, betapapun semangatnya menggebu, kadang tak bisa lepas dari fitrah cemas, galau, lelah atau rasa tak nyaman lainnya. Uniknya, seorang istri, seorang ibu, cukup terotomatisasi untuk melabuhkan lelah batin atau dinamika yang tengah dihadapinya melalui curhat langsung pada suami. Terlepas ekspresi curhatnya dalam bentuk “ngambek”, atau berbicara baik-baik sebagaimana mestinya. Dan keberadaan suami cukup fitrah untuk menjadi pendengar, atau -lebih ekstremnya- sebagai tempat pengaduan.
Pun untuk anak-anak. Sejatinya dan memang semestinya, Ayah hadir sebagai ruang untuk anak-anak berkomunikasi. Anak dengan segala riuh kebersamaan di lingkungan sosial tempat mereka berkegiatan dan berteman, bukan berarti lepas atau steril dari ketaknyamanan hati. Termasuk dinamika kesulitan, kebingungan, dan ketidaktahuan dalam menghadapi sesuatu. Maka tempat berlabuh dan berteduh dari kebingungan itu adalah Ayah.
Dan ini soal persepsi. Mungkin beberapa atau sebagain keluarga memaknai Ayah tidak sampai pada “ruang bertutur”, sehingga merasa tidak penting untuk memanfaatkan keberadaan dan fungsi Ayah tersebut. Padahal, Ayah bisa lebih dekat dan bisa lebih bersahabat. Demikian juga berkenaan dengan solusi, dengan cara pandang, bisa jadi Ayah punya pandangan yang lebih logis, yang lebih konkret.
Ketegasan, Kepemimpinan
Soal Ayah terkesan atau dikesankan kaku, baku, tegas, atau bahkan dianggap “galak”, penting untuk sama-sama kita luruskan. Terlepas memang yang muncul ke permukaan itu demikain (tegas, kaku), mari kita pandang dari sisi gender dan peran. Seorang laki-laki, memang dirinya adalah pemimpin. Seorang Ayah, adalah pemimpin bagi keluarganya. Maka wajar kalau ketegasan itu muncul, karena memang fitrah dan alamiahnya seorang pemimpin.
Jadi, tak perlu jadi jebakan untuk kita mempersepsikan. Bahkan saat sosok Ayah itu cenderung kurang hangat, karena memang bisa jadi tengah bertumpu pada dirinya amanah-amanah. Amanah yang barangkali tak sesederhana dengan amanah yang kita ampu. Ini hanya soal kepahaman yang bukan untuk dipersoalkan.
Di luar persepsi yang penting kita benahi, penting juga untuk kita pahami bahwa ketegasan dan kepeimpinan seorang Ayah, bagaimanapun adalah modalitas. Modalitas apa? Modalitas tanggung jawab untuk seluruh anggota keluarga. Dari sikap tegas seorang Ayah, tumbuh benih disiplin pada anggota keluarga, yang kemudian menjadi bekal kehidupan, yang kelak difungsikan di setiap sisi kehodupan. Di mana saja. Maka kita tidak harus mempermasalahkan soal tegas atau kakunya seorang Ayah, karena tetap ada nilai pembentukan karakter positif darinya. Bahkan kita perlu merasa khawatir ketika anak cukup merasa terninabobokan dalam pengasuhan yang serba boleh dan serba nyaman. Karena untuk sebuah keluarga berdaya, lembut saja tidak cukup.
Ayah dan Profil Terbaik para Inspiratior
Jika agama Islam menampilkan profil manusia terbaik bernama Rasulullah Muhammad Saw., maka sebetulnya hal tersebut cukup menjadi referensi unggulan. Bagaimana profil Ayah itu dapat diduplikasi dari sosok Nabi Muhammad Saw dalam hal cara memperlakukan putra-putri atau cucunya. Bagaiman kelembutannya, bagaimana cara mengapresiasinya, bagaimana cara mengingatkan, bagaimana cara mendidik, hingga bagaimana cara menghukum.
Al Quranulkariim juga demikian. Bagaimana sosok Ayah dijadikan pokok bahasan. Bagaimana pula dialog antara Ayah dengan anak digambarkan. Ada ayat yang bercerita tentang Luqman, ada ayat yang menghadirkan kisah Nabi Ibrahim dalam penantian menunggi buah hati.
Pun jika kita temui kisah-kisah para inspirator di lintas benua. Banyak para pengusaha sukses yang justru menanamkan pola hidup sederhana kepada putra-putrinya. Banyak tokoh sukses yang justru mengajarkan pentingnya sikap rendah hati kepada anggota keluarganya. MaashaAllah, tabrakallah.
Salam penuh cinta untuk seluruh keluarga. Selamat Hari Ayah untuk para Ayah di mana saja berada. Semoga Allah memberikan keistiqimahan untuk menjadikan setiap Ayah sebagai pewaris peradaban.