Lasem Little China Town dan Perang Kuning.

Lasem Little China Town dan Perang Kuning

Oleh Jeremy Huang Wijaya

Sehabis makan asem asem koh Liem di Semarang, kemudian saya bersama istri saya Julia Christiani Utami dan Paulus Santoso yang mengendarai mobil melanjutkan perjalanan ke Lasem, selama ini Lasem dijuluki Little China Town karena banyak bangunan tua berasitektur China Town.

Lasem adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Rembang Jawa Tengah.
Luas: 45,04 km². Desa/kelurahan: 20 desa

Ada dua pantai yang indah menawan yaitu Karang Jahe dan Caruban. Konon katanya para pedagang dari Tiongkok China umumnya dari Provinsi Fujian sebelum berdagang ke Majapahit, mereka berlabuh di Pantai Lasem dan Tuban.
Kopi Lelet,sirop kawista dan Lontong tuyuhan merupakan salah satu kuliner khas Lasem.
Apakah itu Lontong Tuyuhan? Lontong Tuyuhan yaitu Lontong yang disajikan bersama sayur santan agak pedas yang menonjolkan rasa kemiri, jinten, dan bawang. Lauk pauknya ayam kampung yang sudah dipotong-potong komplet dengan jeroan dan tempe, yang diberi bumbu merah rasa pedas.

Di Lasem ada sebuah rumah bernama Lawang Ombo pernah digunakan sebagai setting lokasi film Ca Bau Kan tahun 2002.
Lasem juga terkenal dengan Batik Lasem, warnanya cerah umumnya didominasi warna merah menyala, kuning dan hijau.
Motif Motif Batik Lasem yang terkenal yaitu Motif Burung Hong, Motif Naga, Motif Gunung Ringgit dan Motif Watu Pecah.
Di Lasem ada Situs Kapal Kuno di Punjulharjo, terletak di bagian barat Sungai Kahiringan. Dulu daerah ini masih masuk kawasan Lasem, namun sekarang terletak di Kec.Rembang. Kapal yang ditemukan merupakan Bangaki Kapal Utuh beserta perabotan dan arca kepala, berdasarkan perhitungan secara radiokarbon diketahui bahwa kapal dari abad ke-7 M.
Di Lasem ada Rumah Heritage yaitu Rumah Oei Jalan Jatigoro, Karangturi, Lasem, Jawa Tengah.

Rumah Oei Lasem berdiri sejak 1818. Rumah Oei dulunya adalah tempat tinggal Oei Am dan Tjioe Nio. Sampai hari ini masih berdiri dan menyimpan benda benda kuno seperti kebaya encim, ranjang kuno,radio kuno, furniture kuno dan kelambu kuno. Tjioe Nio adalah perempuan yang pandai menari dan membatik. Oei Am adalah pendatang dari provinsi Fujian Tiongkok China yang berdagang di Lasem.

Di Lasem ada Kelenteng tertua yaitu Klenteng Cu An Kiong di Dasun Gambiran.
Cu An Kiong adalah klenteng yang tertua dengan dewa utamanya adalah Dewi Samudra – Ma Zu atau Thian Siang Sing Bo – sering disebut Mak Co.
Arsitektur Klenteng Cu An Kiong memiliki bentuk bangunan khas daerah Cina bagian selatan. Bangunan itu berbentuk persegi empat atau siheyuan yang memiliki atap-atap ekor walet.

Di kelenteng Cu An Kiong ada relief diorama monumen perjuangan rakyat Lasem yaitu Perang Kuning melawan VOC.
Perang Kuning adalah perang dari pasukan koalisi Tionghoa-Jawa adalah Kapitan Cina Sepanjang, Oei Ing Kiat, Shingshe nama aslinya Tan Sin Kho, Tan Kee Wie, Raden Panji Margono(Tan Pan Chiang) Pangeran Mangkubumi, dan Raden Mas Said. Pangeran Mangkubumi kelak menjadi Sultan Hamengkubuwono I dan Raden Mas Said atau Pangeran Sambernyawa kemudian menjadi KGPAA Mangkunegara I. Mereka berperang di bawah komando Raden Mas Garendi atau Sunan Kuning yang sempat menguasai Keraton Kartasura, sebelum pasukan VOC menyerang balik dengan bala bantuan dari sebagian pasukan Mataram dan Pasukan Panembahan Cakraningrat IV dari Sumenep, Madura.

Dalam perang kuning ada peranan 3.500 prajurit Tionghoa, dan 30 buah meriam.
Perang Kuning (Belanda: Geel Oorlog) adalah serangkaian perlawanan rakyat Lasem-Rembang dan sekitarnya terhadap kekuasaan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) di Semarang (1741-1742) dan Lasem (1750). Konflik muncul sebagai dampak terjadinya peristiwa Geger Pacinan di Batavia pada tahun 1740 yang diikuti migrasi besar-besaran penduduk Tionghoa dari Batavia ke Semarang.

Raden Panji Margono Bersama Raden Ngabehi Widyadiningrat (Oei Ing Kiat) dan Tan Kee Wie, mereka bertiga mengangkat senjata untuk melawan pasukan VOC dalam peperangan yang dikenal dengan nama Perang Kuning. Tan Kee Wie akhirnya gugur di selat Mandalika pada tahun 1742, sementara Raden Panji Margono dan Mayor Oei Ing Kiat gugur pada tahun 1750.
Itulah kisah Lasem dan Perang Kuning. Sesudah dari Lasem kami melanjutkan perjalanan ke Tuban disepanjang perjalanan kami menikmati keindahan Pantai, jalan raya dekat dengan Pantai sehingga kami dapat melihat keindahan Laut Luas.

Comment