Filsafat Lilin Di Meja Altar Sembahyang
Bandung.Swara Jabbar Com.-
Oleh Jeremy Huang Wijaya
Di semua kelenteng, di meja Altar Sembahyang selain ada Patung, ada lilin, ada Hio Lo yaitu Tempat abu leluhur biasanya digunakan sebagai tempat menancapkan hio /dupa di altar leluhur/dewa-dewi, ada hio yang di tancapkan di tempat hiolo juga ada makanan sesaji.
Lilin pertama kali ditemukan oleh bangsa Mesir Kuno sekitar 3000 SM. Awalnya, lilin dibuat dari lemak hewan, seperti lemak domba atau sapi.
Lilin sebagai simbol penerang jalan rejeki, supaya jalan kehidupan dan rejeki dapat terang bersinar sehingga mudah untuk mendapatkan rejeki.
Lilin di malam tahun baru Imlek juga sama supaya jalan rejeki dan kehidupan nya dapat terang memudahkan rejeki. Biasanya Lilin di Malam Tahun baru Imlek semakin tinggi status sosial maka lilinnya semakin besar ukurannya yang dinyalakan nya
Ketika ada warga Tionghoa yang meninggal, Lilin juga dipasang di sebelah Foto orang yang meninggal dengan tujuan supaya orang yang meninggal dapat menemukan jalan hidupnya di dunia lain. Lilin di depan peti jenazah tidak boleh mati sampai jenasah dikubur atau di kremasi supaya menemukan jalan di dunia Iain
Lilin juga mengajarkan kita supaya dapat jadi terang kehidupan di dunia ini, Lilin mengajarkan kita supaya dapat membawa orang kepada jalan hidup yang benar.
Lilin juga akan menyusut habis terbakar artinya setinggi jabatan, kekayaan dan kejayaan seseorang ada masa dan waktu nya habis terbakar oleh masa dan waktu kehidupan ini tidak ada yang abadi, tetapi hebatnya lilin meski habis terbakar masiih menyala. Mengajar kan kita untuk tetap berusaha kehidupan kita sampai akhir harus dapat jadi terang kehidupan, yang bersinar dan menyinari kehidupan hingga akhir. Apapun kondisi akhir kehidupan kita harus dapat tetap jadi terang kehidupan berpengaruh bagi sekeliling hidup kita. Minimal berpengaruh bagi keluarga. Menjadi teladan kehidupan bagi keluarga seperti nyalanya Lilin