Bandung.Swara Jabbar News Com.-Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan beberapa hari kedepan bahkan hingga awal tahun 2026, cuaca dan iklim ekstrem seluruh wilayah provinsi Jawa Barat. Untuk itu, masyarakat dihimbau agar meningkatkan mitigasi bencana, berupa banjir dan tanah longsor.
Anggota DPRD Jabar, H.Sidkon Dj, SH,MM mengatakan Informasi yang disampaikan oleh BMKG harus menjadi perhatian bersama. Karena memang sejak Oktober hingga awal Desember ini, cuaca ekstrem yang disertai hujan deras dan angin puting beliung, kerap terjadi di beberapa wilayah Jawa barat.
Sudah kita katahui bersama bahwa dampak dari cuaca ekstrem yang disertai hujan lebat dangan intensitas tinggi diserta angin kencang / putting beliung dapat menyebabkan banjir dan tanah longsor. Hal ini tentunya, sangat mengancam keselamatan manusia dan harta benda, untuk mau tidak mau pemerintah dan masyarakat harus meningkatkan mitigasi bencana.
Banjir sudah melanda diwilayah Bandung raya, Bogor raya, Priangan Timur, dan Cirebon raya, untuk itu, waspadalah, jangan lengah, pinta Sidkon saat ditemui di Gedung DPRD Jabar, baru-baru ini.
Politisi PKB Jabar ini mendorong pemerintah provinsi agar segera memperkuat sistem mitigasi bencana, terutama untuk menghadapi ancaman hidrometeorologi yang setiap tahun menghantui daerah Jabar.
Guna mengantisipasi dan memberikan informasi kepada masyarakat Jabar, tentunya dibutuhkan teknologi sebagai ujung tombak perlindungan masyarakat di tengah cuaca ekstrem yang makin tidak berpola.
“ Peralatan teknologi yang dimiliki oleh BMKG sudah cukup canggih, namun cuaca dan iklim sekarang sulit diprediksi. Untuk itu, sudah seharusnya Pemprov Jabar memiliki aset teknologi yang canggih untuk memantau cuaca, sensor gempa, alarm banjir di sungai kecil, sedaang dan besar. Namun, semuanya harus terintegrasi dengan BMKG dan instansi nasional lainnya,” ujar Sidkon anggota Komisi I DPRD Jabar ini.
Menurutnya, sistem peringatan dini yang saat ini dimiliki Jawa Barat masih tertinggal dan perlu upgrading menyeluruh. Ia menganalogikan sistem mitigasi bencana seperti perangkat elektronik jika tidak diperbarui, kinerjanya akan menurun dan berisiko gagal memberi informasi tepat waktu.
Dengan pemutakhiran alat pantau cuaca, peningkatan sensor gempa, dan alarm banjir yang lebih akurat, diharapkan masyarakat bisa mendapatkan peringatan dini secara cepat dan presisi. Langkah ini dianggap krusial mengingat banjir, longsor, hingga cuaca ekstrem terus berulang setiap tahun.
“ DPRD Jawa Barat menilai investasi teknologi merupakan langkah strategis menyelamatkan warga Jabar dari potensi bencana”, ujarnya.
Lebih lanjut, anggota Legislatif Jabar dari Dapil Jabar XII (Kab/kota Cirebon-Kab Indrmayu) ini mengatakan, potensi bencana alam di Jabar tidak terlepas dari kerusakan lingkungan yang terjadi selama bertahun-tahun turut memperbesar risiko bencana. Kawasan resapan air terus menyusut, sementara intensitas hujan meningkat kombinasi yang memicu banjir di wilayah hilir.
“Kerusakan lingkungan ini salah satunya akibat campur tangan manusia. Lahan lindung yang hilang membuat kapasitas dasar menyerap air hujan menurun. Ini harus jadi perhatian kita,” tegasnya.
Ia juga mengingatkan bahwa tanpa perbaikan tata ruang, penegakan aturan, dan upaya restorasi lingkungan, teknologi paling canggih sekalipun tidak akan mampu menahan dampak bencana hidrometeorologi.
“Kami di DPRD Jabar tentunya sangat mendukung pak Gubernur KDM yang cukup tegas dan menindak semua bangunan liar (bangli) dibeberapa daerah, dengan cara membongkar bangunan illegal, terutama yang berdiri di sepadan sungai, Hal ini, demi melindungi ruang publik, sungai, dan lingkungan untuk kepentingan masyrakat luas demi Jabar aman, tertata dan berkelanjutan”, pungkasnya. (adv)







Comment