Ragam

Ceng Beng

Bandung.Swara Jabbar Com.-

Oleh Jeremy Huang Wijaya

Ada pepatah Tiongkok
去坟墓和播种花作为我们尊重和感激父母的证明,记住他们的服务
Qù fénmù hé bōzhòng huā zuòwéi wǒmen zūnzhòng hé gǎnjī fùmǔ de zhèngmíng, jì zhù tāmen de fúwù artinya ziarah kubur dan tabur bunga ke makam orang tua sebagai tanda bakti menghormati orang tua.
5 April adalah hari ceng beng atau bisa juga di sebut sebagai hari terang benderang. Karena hari itu mereka membersihkan atau menyapu kuburan nenek moyang warga Tionghoa dan menghiasinya. Sebagai tanda bakti kepada leluhur.

5 April juga disebut sebagai Hari Menyapu Kuburan (Hari Pembersihan Pusara) dan Festival Bersih Terang adalah terjemahan yang paling umum dalam mengartikan ‘Qīngmíng 清明’ (清qīng: bersih,明míng: terang)

Untuk orang Tionghoa, perayaan ini dilakukan untuk mengingat dan menghormati nenek moyang. Setiap orang berdoa di depan nenek moyang, menyapu pusara dan bersembahyang dengan makanan, teh, arak, dupa, kertas sembahyang dan berbagai asesoris, sebagai persembahan kepada nenek moyang. Upacara ini adalah sangat penting bagi kebanyakan orang Tionghoa, terutama petani, dan biasanya dapat dilaksanakan 10 hari sebelum atau sesudah hari Qīngmíng 清明. Juga pada waktu Qīngmíng 清明, orang melakukan tamasya keluarga, mulai membajak sawah pada musim semi. Hal populer lain yang melakukan adalah memainkan layang-layang (dalam berbagai bentuk binatang, atau karakter dari Opera Cina).

Di Tiongkok China Biasanya, para petani Tionghoa melaksanakan upacara ini 10 hari sebelum atau sesudah hari Qing Ming. Saat bertepatan di hari Qing Ming, biasanya orang-orang bepergian untuk bertemu dengan anggota keluarganya yang lain dan mulai membajak sawah. Selain melakukan hal-hal itu, mereka juga suka bermain layangan juga, lho, yang berbentuk binatang atau karakter dari Opera China.
Festival Qingming (hanzi tradisional: 清明節; sederhana: 清明节; pinyin: qīng míng jié) atau Cheng Beng (bahasa Hokkian) adalah ritual tahunan etnis Tionghoa untuk bersembahyang dan ziarah kubur sesuai dengan ajaran Khong Hu Cu.

Festival tradisional Tiongkok dilaksanakan pada hari ke-104 setelah titik balik Matahari di musim dingin (atau hari ke-15 pada hari persamaan panjang siang dan malam di musim semi), pada umumnya dirayakan pada tanggal 5 April atau 4 April pada tahun kabisat.

Secara astronomi, dalam terminologi matahari, Festival Qīngmíng dilaksanakan pada hari pertama dari 5 terminologi Matahari, yang juga dinamai Qīngmíng. Nama yang menandakan waktu untuk orang pergi keluar dan menikmati hijaunya musim semi (Tàqīng 踏青, “menginjak tumbuhan hijau”), dan juga ditujukan kepada orang-orang untuk berziarah kubur. Hari Festival ini dijadikan hari libur umum di Tiongkok, begitu juga di Hong Kong, Macau dan Taiwan.

Tradisi Ceng Beng muncul pertama kali pada era Dinasti Han (202 SM hingga 220 M). Kemudian tradisi ini menjadi familiar pada zaman Dinasti Tang (618-907 M). Ceng Beng sendiri diciptakan Kaisar Xuanzong pada tahun 732 (Dinasti Tang), sebagai pengganti upacara pemujaan nenek moyang dengan cara terlalu mahal dan rumit
Di Cirebon tahun 1880 juga diadakan upacara ceng beng tiap tahun di pemakaman Ku Tiong Kali tanjung dan Sintiong Pengampaan Penggung, dulu tahun 1880-1970an warga Tionghoa yang tinggal di kota Cirebon, Kab Cirebon, Kuningan, Indramayu dan Majalengka dimakamkan di Ku Tiong dan Sintiong. Mereka biasanya habis tabur bunga berkumpul di Tiong Teng bangunan yang ada di Ku tiong dulunya membawa perbekalan makan bersama keluarga main layangan. Tetapi sayang Tiong Teng di Ku Tiong di bongkar tahun 2003. Dulu di Ku Tiong ada makam Chen Phang Lang kapitan Chinese(gelar kehormatan untuk kepala perkampungan masyarakat tionghoa jaman kolonial)

5 April Tahun 2017 waktu itu Sucipto Chandra sebagai ketuanya mengadakan acara Ceng Beng bersama Warga Tionghoa Cirebon di Ku Tiong Kali Tanjung
Sejarah asal mula ada penggunaan kertas kuning di makam ketika Zhu Yuanzhang berkuasa sebagai Kaisar di Tiongkok

Konon menurut cerita rakyat, asal mula ziarah kubur atau tradisi Ceng Beng (清明) ini sudah berasal sejak jaman dinasti Han (202 SM-220 M). Lalu perlahan tradisi ini mulai populer pada jaman dinasti Tang (618-907), tepatnya pada masa kepemimpinan Kaisar Xuanzong (玄宗).

Namun penggunaan kertas yang diletakkan diatas kubur (sebagai tanda bahwa kubur sudah dibersihkan/dikunjungi oleh keluarga), berawal dari jaman kekaisaran Zhu Yuan Zhang, pendiri Dinasti Ming (1368-1644 M).

Zhu Yuanzhang awalnya berasal dari sebuah keluarga yang sangat miskin. Karena itu dalam membesarkan dan mendidik Zhu Yuanzhang, orangtuanya meminta bantuan kepada biarawan dari sebuah kuil.

Ketika dewasa, Zhu Yuanzhang memutuskan untuk bergabung dengan pemberontakan Sorban Merah, sebuah kelompok pemberontakan anti Dinasti Yuan (Mongol).

Berkat kecakapannya, dalam waktu singkat Ia telah mendapat posisi penting dalam kelompok tersebut; untuk kemudian menaklukkan “dinasti asing” yang menguasai Tiongkok saat itu, Dinasti Yuan (1271-1368 M) dan akhirnya menjadi seorang Kaisar.

Setelah menjadi Kaisar, Zhu Yuanzhang kembali ke desa untuk menjumpai orangtuanya. Sesampainya di desa, ternyata orangtuanya telah meninggal dunia, dan tidak diketahui keberadaan makamnya.

Kemudian untuk mengetahui keberadaan makam orangtua nya, sebagai seorang Kaisar, Zhu Yuanzhang mengeluarkan dekrit atau perintah kepada seluruh rakyatnya, untuk melakukan ziarah dan membersihkan makam leluhur mereka masing2 pada hari yang telah ditentukan.

Selain itu, diperintahkan juga untuk menaruh/menyebarkan kertas kuning/emas di atas masing2 makam, sebagai tanda makam telah dibersihkan.

Setelah semua rakyat selesai berizarah, sang Kaisar memeriksa makam2 yang ada di desa, dan menemukan ada makam2 yang belum dibersihkan, serta tidak diberi penanda kertas kuning.
Akhirnya Sang Kaisar dapat menemukan makam leluhurnya karena makam yang tidak diberi penanda kertas kuning berarti makam leluhurnya

Ceng Beng adalah hari besar yang selalu di peringati dan di rayakan secara besar besaran oleh warga Tionghoa sebagai tanda hormat bakti untuk leluhur.
孝敬父母 开启财富之门
Xiàojìng fùmǔ kāiqǐ cáifù zhī mén artinya hormati dan berbakti kepada orang tua membuka pintu rejeki