Pemerintahan

PMK Terkendali di Indramayu

Indramayu.Swara Jabbar Com.-Angka kesembuhan pada ternak sapi yang terserang penyakit mulut dan kuku (PMK) di Kabupaten Indramayu, tinggi. Penyebaran penyakit itupun saat ini telah terkendali.

Kepala UPTD Puskeswan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Indramayu, Septiadi Agung Laksono, mengatakan, saat ini, PMK masih menyebar di sekitar delapan kecamatan. Yakni, Kecamatan Terisi, Patrol, Jatibarang, Bangodua, Haurgeulis, Sliyeg, Kertasmaya dan Gantar.

“Sebelumnya, ada enam lokasi (kecamatan) yang juga sempat terjadi penyebaran PMK, namun sekarang sudah teratasi, sapi yang terserang PMK sudah sembuh,” kata Agung, didampingi Koordinator Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan, Budi Radiyan.

Agung mengatakan, kasus PMK yang kini masih menyerang di delapan kecamatan pun hanya tinggal sedikit. Menurutnya, sebagian besar sapi yang terserang PMK sudah sembuh.

Agung mencontohkan, di Desa Cikawung, Kecamatan Terisi, dari 71 ekor sapi yang sempat terserang PMK, hanya 15 ekor sapi yang masih sakit. Sedangkan 54 ekor sapi sudah sembuh dan dua ekor sapi dipotong.

Begitu pula di Desa Lobener, Kecamatan Jatibarang. Dari 25 ekor sapi yang terserang PMK, hanya lima ekor sapi yang masih sakit dan 20 ekor sapi sudah sembuh.

Di Desa Mekarjati, Kecamatan Haurgeulis, dari 19 ekor sapi yang terserang PMK, hanya tinggal satu ekor yang masih sakit. Sebanyak 18 ekor lainnya sudah sembuh.

Hal serupa juga terjadi pada sapi di kecamatan-kecamatan lainnya. Dari total 150 ekor sapi di delapan kecamatan itu yang terserang PMK, kini hanya tinggal sekitar 39 ekor saja yang masih sakit. Selain itu ada sekitar lima ekor yang terpaksa dipotong dan sisanya sudah sembuh.

“Angka kesembuhan PMK pada sapi di Kabupaten Indramayu tinggi,” kata Agung.

Selain itu, lanjut Agung, penyebaran PMK pada sapi di Kabupaten Indramayu juga terkendali. Pihaknya membentuk tim unit reaksi cepat (URC) dan menyiagakan sejumlah dokter hewan di daerah-daerah.

Saat ada laporan sapi yang terkena PMK, maka tim URC yang terdiri dari dua tim, segera bertindak. Tim pertama, langsung menangani sapi yang sakit dan dokter hewan segera mengobati. Sedangkan tim kedua, memberikan edukasi ke peternak dan masyarakat sekitarnya.

“Kalau mengarah ke PMK, kami terapkan lockdown di area kandang sapi dan kami awasi selama 14 hari,” tukas Agung.

Dengan menerapkan lockdown, maka tidak boleh sembarang orang yang bisa keluar masuk ke area kandang. Hal itu untuk mencegah agar PMK tidak semakin menyebar.(*)