Upaya Menekan PMK
Kab Sukabumi.Swara Jabbar Com.-Dinas Peternakan tengah melakukan sejumlah upaya dalam menekan kasus Penyakit Mulut Kuku (PMK) di kalangan peternak di Kabupaten Sukabumi.
Hal ini ditegaskan Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Sukabumi, Dedah Herlina, saat ditemui di Gedung Pendopo Sukabumi, beberapa waktu lalu.
Menurut Dedah Herlina kasus PMK di wilayah Kabupaten terluas kedua se- Jawa Bali saat ini masih meningkat.
“Sekarang ini sebenarnya dunia peternakan sedang dilanda musibah penyakit mulut kuku (PMK),” ungkap Kadisnak.
“Tim kami saat ini sedang mengadakan kegiatan, seperti vaksinasi kemudian pengobatan, muter terus setiap kecamatan, Dan saat ini memang PMK masih bertambah,” sambung Dedah Herlina.
Masih kata Dedah, sejumlah wilayah di Kabupaten Sukabumi mendapat pemantauan serius Dinas Peternakan.
“Wilayah saat ini yang paling banyak adalah di Kecamatan Ciracap, karena ternak hewan di areal terbuka yang tidak di kandang, kasus PMK cepat menyebar,” kata Dedah.
Untuk diketahui, penyakit Mulut dan Kuku atau Foot and Mouth Disease (FMD) menyerang hewan berkuku belah, diantaranya Sapi, Kerbau, Babi, Kambing, Domba, termasuk hewan liar seperti Gajah, Rusa, dan sebagainya.
Wabah PMK di Indonesia pertama kali ditemukan di Aceh dan Jawa Timur sedangkan di Jawa Barat kasus ini telah terdeteksi terjadi di Kota Banjar, Garut Kota Tasikmalaya dan Kabupaten Tasikmalaya.
Di Kabupaten Sukabumi, PMK banyak menyerang hewan ternak jenis Sapi, sementara Kambing terjadi satu kasus.
“Hewan banyak terserang adalah Sapi dan untuk Kambing hanya satu selama ini, mudah-mudahan untuk kambing lebih bertahan tidak bertambah lagi,” kata Dedah.
Lebih jauh tentang PMK, masa inkubasi virus ini berkisar 1 hingga 14 hari, angka kesakitan pada hewan yang terjangkit bisa mencapai 100% dan angka kematian pada hewan muda atau anak relatif sangat tinggi.
Tanda-tanda hewan terkena virus PMK diantaranya, ditemukan melepuh berisi cairan atau luka yang terdapat pada lidah, gusi, hidung dan kuku hewan yang terinfeksi.
Indikator lainnya, hewan tidak mampu berjalan (pincang), ciri lain adalah air liur berlebihan (hipersalivasi) dan hilangnya nafsu makan pada ternak.
“Himbauan terhadap peternak bahwa apabila ada ternak yang diduga terjangkit supaya lekas dipisahkan agar tidak menyebar kepada ternak yang lain, “ungkap Dedah.(*)