Nasional

Mengungkap Kehebatan Samber Nyowo, Pengeran yang Tidak Pernah Kalah Perang dan Mampu Menyalin Muskaf Al Qur’an

Kediri.Swara Jabbar Com.-Dialog buku Pengeran Samber Nyowo yang digelar tepat pada hari kelahirannya, 07 April 1725/07 April 2013 di rumah masa kecil Preseden Soekarno seru hingga berahir dini hari. Hadir langsung Ir. Edi Setiawan, SE, M.Si selaku ketua tim penulis, Dr. Ir. K.R.A.P Eri Ratmanto keturunan Ke-7 Pangeran Samber Nyowo, tokoh lintas agama dan lintas komunitas. Diskusi yang berlangsung di di Ds. Pojok Kec. Wates Kab. Kediri. Jum’at, 07 April 2023 berjalan cukup panjang dan mendalam.

“Atas Berkat Rahmat Alloh Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, memang sangat seru, tidak ada yang lelah, tidak ada yang ngantuk, hampir tidak ada yang pulang, anteng dari jam 20.30 Wib sampai 02.00 Wib dini hari,” ujar Lukito Sudiarto Ketua Panita Penyelenggara.

Ketua Tim Penulis Edi Setiawan mengatakan buku setebal 496 halaman ini merupakan hasil kerja bersama timnya yang semua berjumlah 400 orang. Dia mengatakan setelah tim mengkaji dari berbagai sumber dan terjun kelapangan, menelusuri situs-situs dan mewawancarai beberapa nara sumber, selain melengkapi, banyak temuan-temuan yang agak berbeda dengan penulisan sejarah Samber Nyowo sebelumnya.

“Dalam buku ini ada hal baru yang sangat berbeda. Misalnya, semua buku sejarah menuliskan bahwa Pangeran Samber Nyowo adalah pemberontak, dalam buku ini tidak, Pangeran Samber Nyowo adalah pejuang bukan pemberontak. Secara persepsi ini beda,” ungkap Edi Setiawan.

Kemudian Edi juga menyebut bahwa banyak tulisan-tulisan yang mengatakan Pangeran Samber Nyowo ini suka perempuan, tayuban dan mabuk-mabukan menurutya hal ini juga tidak tepat.

“Banyak buku yang menyebut setiap menang perang, Pangeran Samber Nyowo langsung menggelar tayuban dan mabuk-mabukan. Jadi Pangeran Samber Nyowo dipersepsikan suka perempuan, tayuban dan suka mabuk-mabukan ini tidak benar. Beliau ini pejuang yang religius, seorang sufi, juga penulis AQur’an, ada beberapa tinggalan Alqur’an tulisan tangan beliau. Apa iya berbuat seperti itu?,” tambahnya.

Hal lain yang sangat berbeda adalah analisa, data dan fakta tentang peperangan-peperangan Pangeran Samber Nyowo. Edi menyimpulkan bahwa Pangeran Samber Nyowo tidak pernah terkalahkan.

“Dalam semua pertempuran sekitar 250 peperangan Pangeran Samber Nyowo ini tidak pernah terkalahkan. Sekalipun, tidak pernah,” tandasnya. “Ada tiga strategi perang wewelutan, dedemitan, jemblungan jadi beliau tidak pernah perang secara frontal. Kalau ada musuh, lari, ini strategi perang, bukan kalah. Nah, kemudian setelah musuh berpencar baru diserang. Jadi Pengeran Samber Nyowo tidak penah kalah sekalipun,” ungkap Pria asal Kota Malang ini

Secara umum semua peserta dialog mengaku puas dengan bedah buku Samber Nyowo ini, termasuk K.R.A.P Eri Ratmanto pihak keluarga juga mengapresiasi paparan sang penulis.

“Disini kami menemukan kawan-kawan yang punya keberanian dan semangat yang luar biasa, ada spirit Samber Nyowo disini, dan buku ini sangat berani,” ujar Pria yang juga Koordinator Komunitas Pancasila Dasar Negara bukan Pilar merasa ada kecocokan spirit.

Meski demikian dia juga mengingatkan kepada penulis agar sampul buku yang terpasang gambar Samber Nyowo bisa dipertimbangkan kembali, sebab menurutnya pihak keraton memang melarang pemasangan foto Samber Nyowo karena menurutnya foto Samber Nyowo tidak pernah ada. “Saya sudah mencari sampai di perpustakaan Leiden Belanda, memang tidak ditemukan foto Eyang kami Pengeran Samber Nyowo. Lah, lalu itu foto siapa? Jadi mohon penulis bisa mempertimbangkan,” akunya sambari tersenyum.

Kanjeng Eri Ratmanto pun menunjukkan buku silsilah dari Keraton Mangkunegaran dan memang tidak terlihat ada foto Mangkunegaro I alias Pangeran Samber Nyowo. Semua dari Mangkunegara II sampai X ada fotonya, tapi Mangkunegara I hanya ada logo Mangkunegara.

Dialog dan bedah buku yang berakhir dini hari ini memang berlangsung cukup panjang, rangkain acara diawali dengan menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya tiga stanza, Pembacaan Pembukaan UUD 1945, Pembacaan Pancasila Dasar Negara dan Pembacaan Sumpah Jati Diri Bangsa Indonesia. Sambutan-sambutan, santunan anak yatim, doa lintas agama dan penutup lagu Syukur tiga stanza juga tidak terlewatkan. Doa lintas agama dipimpin oleh Ki Setiaji (Katolik), Romo M. Jasin Jawi (Ketua Penghayat Keyakinan Yang Maha Esa Kota Kediri), Suhu Jetsun Arahato (Budhha), Sumadi Made, B.Sc (Hindu) dan Sikan Abdillah (Muslim)

“Alhamdulillah tokoh-tokoh lintas agama memimpin doa untuk Pangeran Samber Nyowo dan agar semua yang telah kita fahami tentang perjuangan Pangeran Samber Nyowo ini benar-benar bisa kita warisi, bukan sekedar menjadi bahan pembicaraan. Ini yang penting, strategi perang wewelutan, dedemitan, jejemblungan perlu diaplikasikan dalam kehidupan modern saat ini,” pungkas Kus Hartono Ketua Harian Situs Ndalem Pojok Persada Sukarno.*