Regional

Bandung Riungers 16 Agustus 2023 KOTA BANDUNG, AMAN GAK SIH?

Bandung.Swara Jabbar Com.-

Oleh Jeremy Huang Wijaya

具有法律意识和社会凝聚力的社区将成为坚固的堡垒
Jùyǒu fǎlǜ yìshí hé shèhuì níngjùlì de shèqū jiāng chéngwéi jiāngù de bǎolěi artinya Masyarakat yang memiliki kesadaran hukum Dan kekompakan sosial akan menjadi benteng yang kokoh

Pertemuan Bandung Riungers 16 Agustus 2023 ber tempat di d Botanical jln Dr djunjunan mengambil thema Kota Bandung, Aman Gak Sih? Moderator Martin B Chandra hadir juga Mewakili Kapolrestabes Bandung – Kombes. Budi Sartono, Wakapolrestabes Bandung – AKBP Dwi Handono Prasanto hadir pada pertemuan mingguan Paguyuban BANDUNGARIUNG yang diadakan pada Rabu sore, 16 Agustus 2023, bertempat di d’Botanica – Pasteur.

Dalam diskusi interaktif bersama Riungers; sapaan akrab bagi warga Kota Bandung yang tergabung dalam Keluarga Besar Paguyuban BANDUNGARIUNG, Pak Dwi yang didampingi oleh Kasat Binmas Polrestabes Bandung – AKBP Sutorih alias Koboi Kabayan dan Kapolsek Cicendo – Kompol. Ari Aprian Ferdiansyah, menyampaikan beberapa hal seputar topik:

“Bandung, Aman Gak Sih?”

Pertama, perkembangan Kota Bandung di segala sektor membawa dampak yang antara lain tantangan di sektor kamtibmas.
Tantangan yang dihadapi POLRI, khususnya Polrestabes Bandung tidak hanya berupa tindak kejahatan konvensional, namun juga kejahatan digital atau cyber crime.

Pelakuknya bisa dari mana saja, bahkan luar negeri, yang artinya di luar yuridiksi atau jangkauan kewenangan hukum Republik Indonesia.

Solusinya, POLRI terus berkolaborasi dengan begitu banyak pihak, baik internal maupun eksternal; termasuk para spesialis di bidang teknologi informasi / IT, untuk dapat mencegah dan menanggulangi tindak kejahatan seperti ini.

Kedua adalah tantangan berupa keterbatasan personil POLRI di Polrestabes Bandung.
Tercatat tidak sampai 2800 personil yang dimiliki Polrestabes Bandung, untuk melayani sekitar 2.5 juta jiwa penduduk Kota Bandung.

Belum lagi di siang hari, di mana populasi Kota Bandung bisa lebih dari 3 juta jiwa.
Artinya rasio polisi di Kota Bandung adalah 1 polisi untuk 900 warga, jauh atau hampir 2 kali lipat dari rasio ideal yaitu 1 polisi untuk 500 warga.

Tantangan tersebut membuat Kapolrestabes Bandung beserta jajaran harus bekerja ekstra 2 kali lebih keras untuk memelihara keamanan dan menjaga kondusifitas Kota Bandung.

Secara jujur dan sangat terbuka, Pak Dwi juga menyampaikan bahwa masih banyak kekurangan yang ada di tubuh POLRI, khususnya Polrestabes Bandung.
Itu yang membuat POLRI terus menerus melakukan evaluasi, koreksi dan improvisasi untuk memastikan adanya peningkatan kualitas pelayanan publik.

Pak Dwi, Pak Sutorih dan Pak Ari juga menyampaikan pentingnya peran serta masyarakat dalam membudayakan pola pikir dan sikap preemtif sebagai upaya awal untuk mencegah terjadinya tindak pidana.
Penanaman nilai atau norma dalam diri seseorang akan menjadi awal dari sikap taat hukum, peduli sosial dan waspada.

Selanjutnya adalah pentingnya menanamkan kultur preventif, di mana masyarakat yang memiliki kesadaran hukum dan kekompakan sosial akan menjadi benteng yang kokoh untuk mencegah terjadinya segala bentuk kriminalitas.

Apabila keduanya sudah menjadi kultur yang melekat di masyarakat, fungsi kuratif POLRI selalu penegak hukum dapat dilakukan secara efisien dan efektif.

Dalam Acara tersebut para Riungers juga langsung menyampaikan aspirasinya berupa pertanyaan dan usulan.

Semuanya disimak dengan baik dan langsung ditanggapi serta ditindaklanjuti oleh Wakapolrestabes Bandung beserta Jajaran.
Hadir juga dalam pertemuan Bandung Riungers, Erick Darmajaya Dan Christian Julianto Budiman anggota DPRD Kota Bandung