Regional

Mewaspadai Bencana Hidrometeorologi Masih terjadi hingga Maret 2025, Awas Megathrust

Mewaspadai Bencana Hidrometeorologi
Masih terjadi hingga Maret 2025, Awas Megathrust

Oleh Jeremy Huang Wijaya

Dalam sepekan ini banyak media yang menuliskan dan memberitakan berita tentang Bencana Hidrometeorologi, yaitu bencana akibat curah hujan yang tinggi. Yang termasuk Bencana Hidrometeorologi adalah longsor, angin tumbang, dan banjir tanggul jebol.

Setiap tahun di bulan November sampai Maret akan selalu ada Bencana Hidrometeorologi akibat curah hujan yang ekstrem, dan pemerintah daerah banyak yang belum siap menghadapi datangnya cuaca ekstrem. Tahun ini kenapa banyak daerah terdampak Bencana Hidrometeorologi, karena semakin sempit dan mengecilnya ruang terbuka hijau, luas hutan semakin kecil menyempit, karena banyak hutan jadi sawah, perkebunan, Villa, perumahan dan jalan toll. Lebar dan luas nya sungai atau danau semakin menyempit karena di timbun tanah dijadikan perumahan, dan perkantoran sehingga ketika curah hujan tinggi maka akan terjadi Bencana Hidrometeorologi.

Kemarin 21 Januari 2025 diberitakan, Sejumlah wilayah kabupaten dan kota di Jawa Tengah diterjang banjir dan tanah longsor akibat hujan deras dan luapan air sungai sejak Senin (20/1) hingga Selasa (21/1) hari ini.

Kabupaten dan kota yang dilanda banjir antara lain Kabupaten Pekalongan, Demak, Grobogan, Sragen, Temanggung, Banjarnegara, Batang, dan Kota Surakarta.

Tanah longsor di Kecamatan Petungkriono, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, menewaskan 17 orang hingga Selasa sore. Proses evakuasi korban masih berlangsung sampai saat ini. Terjadi juga Bencana banjir melanda sembilan kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Imbasnya, ratusan warga terpaksa harus mengungsi.

Sembilan kecamatan itu yakni Kecamatan Petungkriyono, Kecamatan Doro, Kecamatan Lebakbarang, Kecamatan Talun, Kecamatan Karanganyar, Kecamatan Kedungwuni, Kecamatan Wonopringgo, Kecamatan Wiradesa, dan Kecamatan Tirto.

“Akibat banjir, dua orang mengalami luka ringan. 145 orang terpaksa harus mengungsi. Titik pengungsian berada di Mushola As-Syafaah sebanyak 75 jiwa, dan di Mushola Baitul Makmur sebanyak 70 jiwa,” kata kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari dalam keterangannya, Selasa (21/1).Selain korban jiwa, banjir juga menyebabkan 25 unit rumah rusak berat, tiga akses jalan tergenang, tiga jembatan putus, dan satu tanggul yang berada di Kecamatan Tirto jebol. Sementara itu, terkait bencana tanah longsor yang juga terjadi di wilayah Pekalongan, total ada 17 korban meninggal dunia yang telah berhasil dievakuasi.

“Sementara, laporan jumlah korban hilang bertambah menjadi sembilan orang,” ucap Abdul Muhadi kepala Pusat Data, Info dan komunikasi kebencanaan BNPB Pekalongan.
Sementara itu Berdasarkan laporan situasi BPBD DIY per pukul 21.15 WIB, hujan disertai angin menyebabkan lima pohon di Kota Yogyakarta tumbang. Hal ini membuat sebuah bangunan rumah dan gudang mengalami kerusakan, serta mengganggu jaringan listrik juga telepon. Kejadian tersebut dilaporkan dari wilayah Kecamatan Umbulharjo, Pakualaman dan Gondokusuman.

Sementara di Kabupaten Gunungkidul, delapan kecamatan terdampak cuaca ekstrem hari ini, meliputi Karangmojo, Wonosari, Nglipar, Playen, Semanu, Semin, Ponjong dan Ngawen.

Dampaknya, antara lain pohon tumbang di 13 titik, gangguan jaringan listrik 7 titik, rumah rusak 9 titik, rumah ibadah rusak 1 titik, akses jalan terganggu 4 titik, dan kerusakan kendaraan 1 unit roda dua.
Tahun ini juga rawan bencana gempa megathrust, BMKG mencatat ada peningkatan aktivitas kegempaan “”Aktivitas kegempaan yang termonitor BMKG mengalami lompatan. Berdasarkan data aktivitas data gempa jangka panjang, ada pola kejadian gempa di Indonesia terus meningkat setiap tahun,” katanya, dikutip Selasa (21/1/2025).

“Rata-rata kejadian gempa di tahun 1990-2008 sekitar 2.254 gempa per tahun. Namun, tahun 2009-2017 meningkat jadi 5.389 kejadian gempa. Kemudian melompat mulai tahun 2018-2019, bahkan 2020 ya, melompat bahkan 2018 itu 12.062, 2019 itu masih 11.731,” tambahnya. “terjadi lonjakan kejadian gempa yang signifikan di tahun 2024. Tercatat ada 29.869”. Harus diwaspadai zona seismic gap yang ada di Selatan Banten dan Selat Sunda, sudah ada sejak tahun 1757 dan di wilayah Mentawai Siberut itu sudah ada sejak 1797 sudah lebih 227 tahun. harus ada persiapan mitigasi termasuk menyiapkan tekhnologi yang dibutuhkan.
Kemudian bulan April sampai Oktober memasuki musim kemarau sudah siapkah menghadapi nya