Ekonomi

Habis Lah kerja dimana?Habis Kerja apa?

Habis Lah kerja dimana?Habis Kerja apa?

Oleh Jeremy Huang
Saat ini selain Fenomena Rojali dan Rohana ada lagi Fenomena jika lulus kuliah kerja dimana? Kemaren penulis dapat telpon dari kawan sekolah, Kawan sekolah bertanya sekarang sekolah tinggi kerja dimana? Pertanyaan ini cukup menggelitik dan menyadarkan penulis. Orang tua kerja keras untuk membiayai anak-anak nya untuk kuliah meraih gelar sarjana. Dengan biaya yang cukup tinggi apalagi jika anaknya kuliah diluar kota, selain bayar biaya pendidikan, orang tua juga harus bayar biaya kost dan kehidupan sehari-hari dari sang anak, Tetapi sesudah meraih gelar sarjana, mereka bingung dan pusing mau kerja dimana? Padahal mereka yang lulus memiliki nilai IPK yang tinggi Saat ini dunia dilanda resesi ekonomi global. Banyak perusahaan perusahaan besar mem PHK karyawan nya. Sebagai taktik perusahaan untuk menghemat biaya pengeluaran perusahaan. Jika orang tua tidak mempunyai perusahaan dan toko terpaksa anak yang lulus kuliah jadi pengangguran. Mau buka usaha sendiri tidak ada modal, daya beli lagi turun. “Mahasiswa saat ini lebih mudah untuk mendapatkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) di atas 3. Menurut data
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, rata-rata IPK nasional pada 2023 adalah sebesar 3,39. Angka ini didapat dari menghitung rata-rata IPK mahasiswa dari sepuluh bidang pemintaan, yakni agama, ekonomi, humaniora, teknik, sosial, seni, pertanian, pendidikan, MIPA, dan kesehatan dari 34 provinsi yang bersumber dari Statistik Pendidikan Tinggi rilisan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi.
“Sepanjang satu dekade terakhir, angka pengangguran di Indonesia memperlihatkan tren yang menarik, terutama jika kita menyoroti lulusan perguruan tinggi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, jumlah sarjana yang menganggur terus menjadi sorotan. Pada 2014, tercatat ada 495.143 penganggur dari kategori lulusan universitas. Angka ini melonjak tajam hingga mencapai 981.203 orang pada 2020, sebelum akhirnya sedikit menurun menjadi 842.378 orang pada 2024. Tren ini menunjukkan bahwa meski pendidikan tinggi sering dianggap sebagai jalan keluar dari kemiskinan, realitanya tidak selalu demikian. Dalam kurun waktu 2014 hingga 2020, jumlah pengangguran sarjana meningkat hampir dua kali lipat.” Covid 19 yang melanda seluruh dunia menjadi salah satu penyebab resesi ekonomi global selain adanya perang dan bencana alam Dunia terasa gelap jika melihat kondisi seperti ini, hanya satu harapan kapankah terang itu akan datang mengakhiri kegelapan dunia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.