Begini Prosesi Jamasan Pusaka Presiden di Situs Ndalem Pojok
Kediri.Swara Jabbar Com.-Prosesi jamasan Pusaka Bung Karno Presiden RI Pertama di Situs Ndalem ternyata mengandung unsur pendidikan kebangsaan. Dengan prosesi yang panjang, persiapan yang cukup dan bahan-bahan yang khusus. Inilah yang kemarin dilajani di Situs Ndalem Pojok Persada Sukarno Kediri Ds. Pojok Kec. Wates Kab. Kediri Jum’at malam bulan Suro (04/08/2023).
Ketua Harian Situs Ndalem Pojok Persada Sukarno Kediri mengatakan, butuh waktu sekitar satu pekan dan persiapan untuk melangsungkan ritual penyucian hingga jamasan.
“Pertama kita telah melakukan ritual pelepasan warangka, baju pusaka. Kemudian setelah dilepas, pusaka direndam selama tiga hari sampai satu Minggu,” tutur Kus itu.
Selama direndam, dua pusaka Presiden Soekarno yang bernama Kiai Gadakan ini diremdam dengan air campuran buah mengkudu, serta digosok memakai jeruk nipis.
Lalu setelah dicuci bersih, pusaka dibilas menggunakan air kembang setaman kemudian dijemur.
Selanjutnya diolesi dengan warangan, setelah itu dicuci lagi menggunakan air pronojiwo, baru kemudian dibaluri dengan minyak khusus.
“Minyak khusus ini terbuat kelapa gading, tapi pembuatnya haruslah orang tua atau nenek-nenek yang sudah tidak menstruasi,” terang Kus.
Setelah diberi minyak ini baru kita lakukan ujuban dan didoakan melalui slametan dengan mengundang tetangga sekitar khusus yang sudah
tua dan terahir jamasan.
“Kalau dahulu persiapannya harus puasa satu bulan pemuh bulan Suro dan kalau selamatan keris, harus yang hadir harus orang-orang tua, tidak pemuda apalagi anak-anak, ujarnya.
Namun sekarang zamam agak berbeda, Kus mengatakan cari orang sepuh agak kesulitan sulit, puasa satu bulan penuh belum mampu, namun setidaknya waktu prosesi pengerjaan dalam keadaan puasa minimal 7 atau 3 hari.
“Semalam Jamasan selesai sekitar pukul sebelas malam. RItual Jamasan kita lakukan bersama Mas M.Ng.Erwan Yudiono Hadi Projo pengurus komunitas pelestari sejarah budaya kadhiri,” tambahnya.
Jamasan pusaka juga menggunakan sesaji yang beraneka ragam.
“Untuk jamasan ada cuk bakal, kembang setaman, kembang tiga warna, kembang panca warna. Ada wayang, bendera sang merah putih juga payung pusaka. Selain itu ada air yang diambil dari tujuh mata air. Sumber Sugih Waras, sumber Centong, sumber Ubalan, sumber Kwak, sumber Jumprit, sumur Ndalem Pojok hingga sumber di Gunung Padang Jawa Barat, terang Erwan Yudiono.
Bagi Ndalem Pojok prosesi Jamasan Pusaka itu mengandung unsur pendidikan kebangsaan.
“Bagi kami pusaka itu adalah simbol. Simbol jati diri, kemuliaan, dan keluhuran budi bangsa Indonesia. Dan kemulyaan itu harus dijaga, jangan dikotori. Untuk itu pada waktunya harus ada proses penyucian, makanya puasa,” tambah Kushartono.
“Alhamdulillah setelah prosesi Jamasan pusaka Presiden Soekarno ini kami hiknah, mendapat pengertian bahwa Bung Karno seoalah-olah ingin mengatakan, kita ini punya pusaka, bangsa ini punya pusaka, yang harus dijaga bahkan disucikan. Karena ini bertepatan bulan Agustus maka kami mendapat inspirasi, dua pusaka itu adalah pusaka bangsa dan negara,
dua azimat Kemerdekaan Bangsa dan anugerah berdirinya NKRI. Mari kita jaga dua hal itu, jangan sampai bangsa ini kehilangan kemerdekaan bangsa dan kehilangan kecintaan terhadap NKRI. Dua itu hilang kita menjadi gelandangan selamanya. Ini pemahaman yang kami dapatnya dalam Jamasan dua pusaka Presiden RI, pungkasnya.*