Pemerintahan

Harga Ayam Dan Telur Meroket.

 

Bandung.SJN Com

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Dewi Sartika mengakui Jabar menjadi sentra ayam pedaging karena berkontribusi hingga 50% kebutuhan nasional. Meski demikian, kenaikan harga daging ayam sulit dicegah.

Kenaikan harga daging ayam dan telur di Jawa Barat dipicu biaya produksi yang dikeluarkan peternak terutama harga pakan dan DOC (day old chicks) melonjak akibat pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.

Dia menjelaskam harga ayam di tingkat peternak meningkat dari Rp21.000 per kilogram bobot hidup menjadi sekitar Rp24.000 hingga Rp25.000. Saat masuk broker di Bandung, berkisar Rp28.000 hingga Rp29.000 per kilogram.

“Setelah masuk broker, kemudian dipotong-potong sehingga harga jual di pasaran Rp40.000 per kilogram,” ujarnya, Jumat (13/7/2018).

Dia menjelaskan kenaikan harga ayam dan telur berkaitan dengan biaya produksi yang ikut melonjak, meliputi DOC dan pakan.

Pelemahan rupiah terhadap dolar mempengaruhi harga pakan yang mengalami kenaikan sekitar Rp100 per kilogram. Padahal, jagung yang sebagian besar dipasok dari impor sangat dibutuhkan untuk 30-50% bahan baku pakan.

Ekstremnya suhu dingin di Jabar, kata dia, juga ikut mempengaruhi karena peternak harus berupaya menjaga kesehatan ayam dengan membangun dinding penahan dan penggunaan pemanas ruangan.

Hal lainnya yang ikut mempengaruhi adalah larangan penggunaan antibiotik growth promotor (AGP) sebagai imbuhan pakan ternak sejak 1 Januari 2018 lalu.

Hal ini dikarenakan adanya efek yang berpotensi membahayakan kesehatan, dengan residu antibiotik dalam tubuh manusia, menyebabkan timbulnya kekebalan tubuh terhadap obat/antibiotik tertentu.

“Larangan penggunaan AGP tersebut membuat bobot ayam banyak yang mengalami penurunan. Karena itu saat ini pihak perguruan tinggi sedang melakukan penelitian untuk mencari alternatif pengganti, dengan enzim atau herbal,” ucapnya.

Sementara mengenai telur, Dewi sampaikan, Jabar hanya menjadi daerah konsumen. Sejauh ini kebutuhannya masih dipasok dari Blitar sebagai sentra telur nasional dengan harga Rp25.000 per kilogram di tingkat produsen.

“Harga telur sudah mahal dari sananya. Saat masuk ke kita sudah Rp28.000. Walaupun ada penghasil telur kita daerah Ciamis tapi itu sedikit,” pungkasnya.