Pemerintahan

Skill Lab Bantu Tingkatkan Kompetensi Pengelola Imunisasi

BANDUNG.SJN COM,-Potensi vaksin dan cara pemberian vaksin merupakan indikator keberhasilan program imunisasi. Kedua fktor ini dapat mempengaruhi efektivitas imunisasi sebagai cara untuk mencegah penyakit menular yang bisa dicegah oleh imunisasi. Karena itu, Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) melalui Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung mengadakan Pertemuan Penguatan Skill Station bagi Pengelola Program Imunisasi di Kota Bandung, Kamis-Jumat (8-9/8/2019) di Hotel Serela Bandung.

“Ada dua hal penting yang harus dikuasai oleh para pengelola program imunisasi di Puskesmas, yakni cara penyuntikan imunisasi yang baik dan benar serta cara penanganan syok anafilaktik,” jelas Kepala Bidang P2P Dinkes Kota Bandung, Rosye Arosdiani dalam laporannya.

Dikatakan Rose, kegiatan ini dilakukan untuk menambah kompetensi serta kapasitas para pengelola program imunisasi di Puskesmas se-Kota Bandung.

Kepala Dinkes Kota Bandung, Rita Verita menekankan para petugas Puskesmas untuk mengubah paradigma masyarakat terkait imunisasi agar menjadi sebuah kebutuhan. Karen itu, para pengelola program imunisasi dituntut untuk terus meningkatkan kemampuannya.

“Masyarakat biasanya takut terjadi sesuatu pasca diberi imunisasi, yakni kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI). Hal ini bisa terjadi karena cara pemberian Imunisasi yang tidak tepat,” kata Rita.

Rita berharap agar kegiatan ini dapat memberikan peningkatan kompetensi para pengelola program imunisasi di Puskesmas se-Kota Bandung dalam melaksanakan pelayanan imunisasi.

Apresiasi yang sama disampaikan oleh Kusnandi Rusmil yang menjadi salah satu narasumber pada pertemuan tersebut. Guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran itu memaparkan tiga hal yang harus diperhatikan para petugas kesehatan, yakni melihat apakah orang yang diimunisasi itu umurnya sudah bisa diimunisasi atau tidak, vaksinnya sudah benar atau tidak, serta kualitas vaksinnya masih bagus atau tidak.

“Cara pemberian imunisasinya juga harus tepat karena masing-masing vaksin memiliki cara pemberian yang berbeda-beda tergantung jenis dan tujuannya,” papar Prof. Kusnandi.

Ia berharap agar Dinkes semakin jeli membuat program secara rinci untuk mencapai target pemerintah yang dipantau oleh WHO, yakni di tingkat nasional 90% dan di tingkat Kota/Kabupaten 85%.

“Saya pikir untuk petugas imunisasi orangnya jangan diganti-ganti karena dia harus bisa. Kalaupun ada yang baru maka harus dilatih terus-menerus,” pungkasnya.

Kegiatan ini merupakan pertemuan pertama yang menggunakan model skill lab yang diisi dengan praktik penyuntikan aman dalam pelaksanaan imunisasi serta penanganan syok anafilaktik dan resusitasi didampingi para pakar imunisasi