Nasional

Mama Yo : Jangan Ada Diskriminasi Terhadap Anak Disabilitas

NABIRE.SJN COM,-“Kalau sudah besar apakah saya bisa bekerja ?”tanya Valdo, seorang pelajar penyandang disabilitas. Pertanyaan polos dari Valdo ini dilontarkan pada saat dialog Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Yembise (Mama Yo) dengan anak-anak penyandang disabilitas di Sekolah Luar Biasa Petra, kota Nabire. Mendengar pertanyaan tersebut Mama Yo memastikan bahwa anak-anak penyandang disabilitas memiliki hak yang sama seperti anak-anak normal lainnya.

“Valdo dan anak-anak di Sekolah Luar Biasa Petra di Nabire, kamu bisa berkarya dan bekerja apa saja sesuai dengan minat dan bakat kalian. Negara melalui Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang penyandang disabilitas memastikan bahwa para penyandang disabilitas memiliki hak untuk bekerja dan mendapatkan imbalan. Jangan ada rasa pesimis, tetap maju terus, kembangkan bakat kalian dengan sekuat tenaga. Di kantor Mama Yo ada pegawai yang bekerja dengan menggunakan kursi roda juga. Hidup ini adalah anugrah, tetaplah optimis. Tolong para guru-guru untuk membimbing mereka agar bisa mandiri dan berkembang sesuai bakatnya,” tegas Mama Yo.di Nabire Senin (14/10/2019)

Mama Yo menambahkan mendidik anak disabilitas membutuhkan keahlian khusus sehingga ia minta para guru bisa bijaksana dan tenang menghadapi anak-anak spesial tersebut. “Saya minta tidak ada diskriminasi terhadap anak disabilitas. Jangan ada kekerasan terhadap anak-anak ini, jangan ada perundungan (bullying), jangan dicaci maki hanya karena mereka berbeda dengan anak normal. Pemerintah sudah berkomitmen untuk memutus mata rantai kekerasan. Saya minta ketua Yayasan aktif mencegah agar guru tidak melakukan kekerasan. Saya kecewa sekali apabila mendengar masih ada guru ataupun orangtua yang tidak menghargai hak anak,” ujar Mama Yo.

Menteri Yohana juga minta agar Pemerintah Daerah Nabire bisa lebih mendengarkan suara anak penyandang disabilitas dengan memiliki program kegiatan yang bisa membantu mereka berkembang dan siap hidup mandiri serta sosialisasi UU Penyandang Disabilitas yang lebih masiv agar para orangtua yang memiliki anak disabilitas tidak malu dan berani menyekolahkan anak mereka ke sekolah khusus.

Dialog yang mengambil tema Stop Bullying karena Kitorang Sayang Anak Papua dilakukan untuk mendengarkan suara anak sebagai bentuk partisipasi anak karena anak-anak dan khususnya anak disabilitas adalah kelompok yang rentan mengalami kekerasan. Data dari Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja (SNPHAR) 2018 menunjukkan bahwa 2 dari 3 anak umur 13 – 17 tahun pernah mengalami segala jenis kekerasan dan 70% nya diantaranya dilakukan oleh teman sebaya sementara data SIMFONI Kemen PPPA mencatat ada 1.347 anak disabilitas menjadi korban kekerasan. Bentuk kekerasan yang dialami adalah diskriminasi dan bullying baik di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.