Nasional

TOKOH LINTAS AGAMA CETUSKAN TAUBAT NASIONAL “KEMBALI KE JATI DIRI BANGSA INDONESIA

Jombang.Swara Jabbar Com.-Organisasi Persaudaraan Cinta Tanah Air Indonesia Yang Dijiwai Manunggalnya Keimanan dan Kemanusiaan yang didirikan bersama oleh tokoh pemuka agama dari Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Budha juga Konghucu baru saja melaksanakn Munas Ke-2 dan HUT Ke-12 pada 19-21 Maret 2022.

Selain penetapkan ketua baru juga menghasilkan kesepakatan dan rekomendasi nasional untuk kembali kepada nilai-nilai luhur bangsa Indonesia dengan aksi nyata “Taubat Nasional Kembali ke Jatidiri Bangsa Indonesia yang Dijiwai Manunggalnya Keimanan dan Kemanusiaan.” Gerakan Nasional ini dicetuskan ini dicetuskan di hotel Yusro Jl. Soekarno Hatta Keplaksari Jombang, 19 Maret 2020.

I Dewa Nyoman S Hartana Ketua terpilih periode 2022-2027 mengatakan akan mengawal gerakan taubat nasional ini sampai sukses.

“Kami semua bersumpah kapan saja, dimana saja dan dalam keadaan apa saja tidak akan meninggalkan jati diri bangsa Indonesia. Ini komitmen yang sudah betahun-tahun, dari sumpah Jatidiri Bangsa Indonesia ini kemudian melahirkan “Taubat Nasional Kembali ke Jatidiri Bangsa Indonesia yang Dijiwai Manunggalnya Keimanan dan Kemanusiaan.” yang tercetus dalam Munas Ke-2 dan Hari Ulang Tahun Ke-12 ini,” aku I Dewa Nyoman ketua terpilih.

Menurut Ketua Panitia Munas Drs. Ismu Syamsudin ini adalah gerakan penyadaran yang harus kita mulai dari diri sendiri, keluarga baru masyarakat disekitar kita. Yang kemudian bisa menjadi inspirasi dan penyadaran nasional. “Jadi kita bumikan pertama didalam diri kita, diinternal kita, maka harapannya akan menjadi katalisator, dengan kesadarannya rasa karsa kebangsaan,” ujar Pria asal Pekalongan Jawa Tengah ini.

Dalam rilis panitia diseburkan ada empat poin isi dari gerakan Taubat Nasional Kembali ke Jatidiri Bangsa Indonesia ini. Pertama tentang pendidikan Pancasila dan cinta tanah air Indonesia, kedua soal Progaram diklat Karakter Bangsa, ketiga soal relawan pendidik dan keempat mengawali gerakan ini dengan aksi nyata menolak semua jenis money politik dan suap-menyuap.

“Jadi taubat ini muncul dari rasa kemudian menimbulkan karsa. Maka wujudnya adalah gerakan fakta bicara,” tandas Ismu.

Apa yang melatar belakangi perlunya taubat nasional ini? Ketua Sidang Komisi C Munas yang menggodok ikrar ini mengatakan Taubat Nasional Kembali ke Jatidiri

Bangsa Indonesia yang Dijiwai Manunggalnya Keimanan dan Kemanusiaan ini berangkat dari keyakinan bahwa Indonesia ini tidak akan lama lagi akan menjadi Indonesia yang lebih baik lagi.

“Kami yakin Indonesia ini akan menjadi Indonesia Raya, Indonesia Emas, Indonesia mercusuar dunia. Dan kita meyakini bahwa pintu gerbang menuju Indonesia yang hebat ini harus dimulai dengan Taubat Nasional Kembali ke Jatidiri Bangsa Indonesia yang Dijiwai Manunggalnya Keimanan dan Kemanusiaan,” terang Kushartono asal Kediri, pada 21 Maret 2022.

Dikatakan, tanda-tanda kejayaan Indonesia sudah tampak sejak Presiden Joko Widodo membuat program Revolusi Mental, kemudian mencetuskan Pendidikan Karakter Bangsa serta baru-baru ini mengeluarkan peraturan pemerintah No.4 Tahun 2022 Tentang Standar Pendidikan Nasional terkait penanaman nilai-nilai Pancasila untuk siswa sekolah mulai dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi.

“Jadi menurut kami Taubat Nasional Kembali ke Jatidiri Bangsa Indonesia yang Dijiwai Manunggalnya Keimanan dan Kemanusiaan sudah sejalan dengan program pemerintah saat ini. Untuk itu kami yakin institusi pemerintah juga pasti mendukung gerakan penyadaran ini,” pungkas Kus yang juga Ketua Harian Situs Persada Sukarno Kediri ini.

Kita insaf, kita pernah berbuat salah kepada bangsa dan NKRI. Maka dengan “Taubat Nasional Kembali ke Jati Diri Bangsa Indonesia (Manunggalnya Keimanan dan Kemanusiaan)” kita yakin semua kesalahan kita diampuni oleh Allah Tuhan Yang Maha Esa, dan kita berjanji tidak akan mengulanginya lagi, untuk kemudian kita mulai langkah baru, INDONESIA RAYA. Semoga Allah. Tuhan Yang Maha Berkat dan Maha Rahmat  Memberkati dan Merahmati semua ini. Demikian kata penutup dalam teks Taubat Nasional.*