Pemerintahan

Peternak Sapi Cileuweung Minta Dispangtan Cimahi Sigap

Cimahi.Swara Jabbar Com.-Munculnya penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak, yang terjadi di beberapa daerah Indonesia, membuat peternak sapi Kampung Cileuweung, Kelurahan Cipageran, Kecamatan Cimahi Utara, khawatir.

Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Jawa Barat (Jabar) mulai bergerak, untuk menangani munculnya penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak yang terjadi di beberapa daerah.

Kepala DKPP Jabar Moh Arifin Soedjayana mengatakan setelah adanya laporan dan temuan dari Dinas Peternakan Jawa Timur tentang kasus PMK, Pemprov Jabar langsung berkoordinasi dengan Kabupaten dan kota untuk mewaspadai kemunculan PMK.
“Jawa Timur itu melaporkan 5 Mei, dari informasi tersebut, besoknya kami langsung koordinasi dengan daerah agar meningkatkan kewaspadaan. Karena ada laporan dari Garut bahwa ada terduga kasus PMK di sana,” ucapnya.

Ketua Kelompok peternak sapi perah Mitra Berkah Kampung Cileuweung, Amin (63) mengatakan, jika sudah menonton berita di Televisi mengenai maraknya kasus penyakit PMK, yang menyerang hewan ternak. Bagi Amin banyaknya kasus PMK di beberapa daerah di Indonesia, membuat peternak Cileuweung khawatir, penyakit PMK muncul di peternakanya.

“Ditengah sedang turunya keuntungan sebagai peternak sapi perah, karena harga pakan ternak yang sedang naik. Membuat petani hanya mendapatkan untung bersih sebesar 40 ribu perhari. Sehingga adanya penyakit PMK semakin membuat khawatir, terjadinya kebangkrutan bisnis sapi di Cileuweung. Sebelum penyakit itu menyebar saya harap dinas sigap mengecek keadaan kesehatan sapi di Cileuweung,” ucapnya (12/5).

Sebagai ketua kelompok sapi Mitra Berkah, Amin juga menjelaskan kini sekitar 22 orang peternak masuk kelompoknya. Dari 22 peternak sekitar 205 ekor sapi jumlah keseluruhan sapi di kelompok Mitra Berkah.

“Ini baru satu kelompok di RW ini masih banyak kelompok lainya, kira-kira 50% warga memiliki sapi. Bayangkan amit-amit terjadi penyakit PMK, ini bisa membuat perekonomian warga hancur, karena kita tidak punya sumber ekonomi lain selain dari sapi perah,” ucapnya.(*)