Tjutju Widjaja Adakan Pameran Tunggal Di Bale Tonggoh Selasar Sunaryo Art Space
BANDUNG.SJN COM.-Pada Tahun 2020 Tjuttju Widjaja mempertahankan disertasi berjudul “Represertasi Feminisme Kelenteng Perempuan dan Zhai Ji di Bandung”. pada program Studi Dokter Ilmu Seni Rupa dan desain pada Institut Teknologi Bandung. Ia meraih gelar doktor pada usia menjelang 80 tahun.
Lukisan -lukisan dalam pameran ini dibuat dengan berpijak pada narasi tersebut.Paling tidak, ada 3 isu yang mengemuka: pertama, soal diaspora dan pen budaya Tionghoa di Nusantara atau Bandung tepatnya, Kedua, isu perempuan dan gender.Ketiga, tentang lukisan kaligrafi dan abstrak .Secara menyeluruh, Tjuttju Widjaja sebenarnya membuat seni karya abstrak, semi abstrak, juga kaligrafi.
Zhai Ji adalah pendeta perempuan , berbakti di Kelenteng Perempuan.Kelenteng ini khas, sebaba menampung para perempuan , yang karena berbagai alasan terusir dari keluarga.Riset Tjutju Widjaja lebih jauh mengungkapkan bahwa bagi mereka tidak ada lagi kebebasan untuk menjalani kehudupan “personal”, melainkan menjadi pelaksana ritual keagamaan dan mempraktikkan laku pelayanan tanpa pamrih. Bagi Tjutju Widjaja, inilah yang luarĀ vbiasa , terbuang dari keluarga justru tidak membuat para pendeta perempuan itu menjadi pendendam , sebaliknya mereka rela memberikan hidupnya jadi pelayan umat. Perilaku yang luar biasa .Perilaku inilah yang kemudian disarikan menjadi sejumlah frasa dan kata, yang dianggap merepresentasikan semangat, spirit atau inti.
Pameran Tunggal Tjutju Widjaja diadakan di Bale Tonggoh Selasar Sunaryo Art Space 3-29 Agustus 2021.Sumarah jadi judul pameran untuk memberi tekanan semnagat tersebu. Cara kerja Tjutju Widjaja, mulai dari merumusakan sejumlah kata dan frasa yang dianggap menggambarkan akhak para Zhai Ji atau laku sumarah itu. Kemudian kata dan frasa menjelma sapauan kuas pada bidang ambar, menjadi kaligrafi, dengan ketrampilan khas yang dipelajari melalui disiplin ketat.
Tjutju Widjaja adalah Ketua Kehormatan Perkumpulan Kaligrafi Indonesia dan pemenang kompetisi Chinese Caligraphy.Pada Kesempatan ini, Tjutju Widjaja menyapukan kuas pada bidang kanvas berlapis kertas xuan, dengan gestur yang “bebas” tidak melulu mengikuti pakem tradisi kaligrafi Tiongkok.Kaligrafi”bebas” ini adalah lapis pertama lukisan. Gestur bebas datang dari penghayatan atas kisah hidup dan ahlak para Zhai Ji.
Penghayatan atas semangat sumarah .Pada lapis kedua, sapuan kuasĀ lebih bebas lagi menggelorakan semnagat. Hingga lapisan ketiga, yang terutaa tampil pada pemirsa, adalah sapuan kuas yang mengemuka meninggalkan seluruh latar itu. Semua itu adalah latar narasi di belakang. Yang terdepan adalah sapuan kuas, dengan gestur yang menghayati .Sapuan kuas Tjutju Widjaja . Kuat sekaligus lembut.Meledak sekaligus terkendali.(difa)