Keragaman Kuliner
BANDUNG.SJN COM.-差异丰富生活
Chāyì fēngfù shēnghuó artinya Perbedaan memperkaya kehidupan
Laksmana Cheng Ho merupakan Navigasi yang berbakat dan pandai, Cheng Ho adalah sida sida atau Kasim di lahirkan di Perfektur Kunyang di Selatan Kunming Yunnan Tengah tahun 1371 dan meninggal tahun 1433 pada usia 62 tahun di lautan Calicut Calcuta India. Hidup pada masa kekuasaan Kaisar Yung Lo. Dalam hal ini Kaisar Yung Lo mengerahkan armada berjumlah 62 kapal besar dengan 255 kapal kecil dan 22550 orang perwira dan prajurit dalam Rombongan Laksmana Cheng Ho, termasuk di dalamnya Ahli Astronomi, politisi, pembuat peta, ahli bahasa, ahli geografi, para tabib, juru tulis dan juru masak.
Dari kunjungan Laksmana Cheng Ho, kita mengenal Kecap, pe cay, ku cay, tahu, siomay, mie, bakso, cakwèe, bacang, bakpao, dan lainnya. Hal ini mengakibatkan akulturasi budaya dalam kuliner di tiap daerah.
Siomay adalah salah satu jenis Dim Sum, dalam bahasa Mandarin, Makanan ini disebut Shaomai, sementara dalam bahasa Kanton disebut Siu Maai. Dalam dialek Beijing disebut jug Shaomai. Kulit Siomai serupa dengan kulit pangsit. Siomay di duga berasal dari Mongolia Dalam.
Dinasti Han Timur, antara tahun 25 dan 220 Masehi. Pada Oktober 2005, mi tertua yang diperkirakan berusia 4.000 tahun ditemukan di Qinghai, Tiongkok. Mi adalah adonan tipis dan panjang yang telah di gulung, di keringkan, dan dimasak dalam air mendidih, dari Aneka mie kita mengenal mie ayam, mie soto, mie koclok khas dari Cirebon, Mie Koclok yaitu Mie dicampur santan, telor, dan taoge.
Kita mengenal Nasi Goreng merupakan akulturasi perkawinan budaya dari Tiongkok China dengan penduduk setempat yang ada di sini.
Kita juga mengenal Cap Cay merupakan akulturasi budaya dari Tiongkok China dengan penduduk setempat. Capcai asal mulanya merupakan variasi dari hidangan khas Fujian. Nama capcai diambil dari dialek Hokkian yang secara harfiah berarti “aneka ragam sayur
Bakso, dalam bahasa hokian daging giling.
Tahu Sumedang ini dibawa oleh seorang imigran asal Tiongkok China bernama Ong Kino yang datang ke pulau Jawa melalui pelabuhan Cirebon, awal tahun 1900-an. Ong Kino sendiri tidak lama ada di Sumedang dan meninggalkannya untuk kembali ke negeri Tiongkok sekitar tahun 1917 kemudian di lanjutkan oleh anaknya Bun Keng
Tahu gejrot juga merupakan Akulturasi Budaya Tionghok dengan penduduk setempat, Tahu gejrot muncul tidak lepas dari pabrik tahu miliki keturunan Tionghoa di Jatiseeng Ciledug Cirebon. Dulunya sebelum tahun 1950 banyak pabrik tahu di sana.
Nasi Jamblang kreasi Tan Piaw Lun bersama suaminya H Abdul Latif. Pada Tahun 1885 waktu dibangun jalur kereta api dari Pelabuhan Cirebon menuju Kadipaten, melihat ķondisi para pekerja saat itu, H Abdul Latif dan Tan Piaw Lun berinisiatif memberi bekal makan gratis kepada para pekerja, kemudian dibuatlah nasi yang diberi menu ikan asin, tempe, tahu cemplung, telor dadar, dendeng, bergedel kentang dan sambal goreng yang di bungkus dengan sudi kemudian di kemas dengan daun jati. Dari situlah kemudian di kenal dengan nama Sega Jamblang, sega adalah Nasi. Tan Piaw Lun adalah Keturunan Buyut Njoo Kit Jit Pendiri Kelenteng Jamblang. Njoo Kit Jit adalah Pengawal Putri Ong Tin. Waktu itu Njoo Kit Tjit memohon ijin meminta satu pilar jayu Jati kepada Sunan Gunung Jati untuk membangun Kelenteng Jamblang, tadinya pilar kayu itu semula akan dijadikan tiang Masjid Agung. Kayu itu akan menjadi salah satu tiang penyangga utama kelenteng yang hendak didirikannya di daerah Jamblang. Tan Piauw Lun dipanggil dengan sebutan Nyai Pulung pembuat Nasi Jamblang yang pertama kali.
Lontong Cap Go Me adalah akulturasi budaya warga Tionghoa dengan penduduk setempat, disajikan waktu acara cap go me, yaitu perayaan 15 hari setelah imlek, makanan Lontong Cap Go Me berawal dari Pesisir Utara Jawa yaitu Tuban, Lasem, Rembang, Pati, Juana, Semarang, Pekalongan dan di pesisir utara Jawa lainnya. Hidangan ini terdiri dari lontong yang disajikan dengan opor ayam, sayur lodeh, sambal goreng hati, acar, telur pindang, abon sapi, bubuk koya, sambal, dan kerupuk. Lontong Cap Go Meh biasanya disantap keluarga Tionghoa Indonesia pada saat perayaan Cap go meh, yaitu empat belas hari setelah imlek.
Lumpia atau terkadang dieja sebagai lun pia adalah jenis jajanan tradisional warga Tionghoa akulturasi masakan Tionghoa dengan penduduk setempat. Lumpia atau Lunpia adalah hasil kreasi dari sepasang suami istri Tjoa Thay Yoe berasal dari Fujian China dengan Warsi perempuan dari Jawa. Tjoa Thay Joe dari Fujian Tiongkok China datang ke Semarang tahun 1800an
Kue Tiong Ciu Pia bentuknya bulat bagai bulan terbuat dari tepung terigu dan kacang. Beberapa legenda menyebutkan bahwa kue bulan berasal dari Dinasti Ming, yang dikaitkan dengan pemberontakan heroik Zhu Yuanzhang memimpin para petani Han melawan pemerintah Mongol. Namun sebenarnya, kue bulan telah ada tercatat dalam sejarah paling awal pada zaman Dinasti Song. Dari sinilah dapat dipastikan bahwa kue bulan telah populer dan telah dikenal keberadaannya jauh sebelum Dinasti Ming berdiri.
Tauco juga Akukturasi kuliner dari Tiongkok China dengan penduduk setempat.
Nasi Lengko merupakan Akulturasi Kuliner warga Tionghoa dengan penduduk setempat, di dalamnya ada tahu, taoge tempe, ku cay seledri, bawang goreng, mentimun, kecap dan saos kacang. Dalam makanan Tionghoa biasanya ada tahu, kecap, kucay seledri dan taoge.
Itulah Akulturasi Kuliner
(Jeremy Huang)