Ekonomi

Aneka Jenis Gula Dan Pengusaha Tionghoa

Bandung.Swara Jabbar Com.-

Oleh Jeremy Huang.

Ada berbagai macam gula yang kita kenal yaitu Gula Pasir dan Gula Kelapa. Gula Pasir ber bentuk Kristal berasal dari Tebu. Sedangkan Gula Kelapa adalah gula yang terbuat dari air buah Kelapa cara membuat nya air Kelapa dimasak di dalam kuali hingga kental dan dicetak sesuai ukuran. Kita mengenalnya dengan nama Gula aren. Di Eropa Gula Kristal ada yang coklat disebut Brown Sugar. 10.000 Sebelum Masehi. Sebelum di temukannya Gula, maka madu digunakan sebagai pemanis makanan. Gula Tebu pertama kali dibudidayakan di New Guinea tahun 8000 SM. Waktu itu penduduk Papua Nugini mengunyah tebu untuk menikmati manisnya. 2000 tahun kemudian tebu dari papua Nugini di kirim ke Filipina dan India, kemudian tersebar ke China dan Seluruh Asia Tenggara.

Di India tahun 400-350 Sebelum Masehi Penduduk India menggunakan gula dari tebu sebagai resep masakan India, membuat penduduk Yunani dan Romawi di tahun 327 SM belajar tentang gula tebun sampai Nearchus, Jendral Alexandria menulis tentang bagaimana India menghasilkan pemanis tanpa menggunakan madu lebah maupun sari buah. Tahun 900-1099 M Warga Eropa mempelajari produksi gula di Yerusalem karena kala itu gula menjadi komoditas perdagangan menguntungkan di Yerusalem.

Tahun 1099 Gula tercatat sebagai Komoditas perdagangan di Inggris. Gula menjadi barang mewah saat itu disamping rempah rempah. Tahun 1319 di London setiap satu kilo gula sama dengan upah berbulan bulan yang di Terima para pekerja disana. gula saat itu dijulukin buturan emas putih.
Tahun 1500 pedagang dari Portugis membangun perkebunan tebu di Brazik.
Mengacu pada temuan batu Silinder yang saat ini terdapat di Museum Banten Lama dan Lukisan Kota Banten diperkirakan keberadaan gula tebu telah masuk ke Indonesia tahun 1595.

Perkembangannya tuan tuan tanah pada abad ke 17, kita kira tahun 1650 Jan Pieter Coen Jan Pietersz Cohen sebagai pendiri Batavia menyadari betul ketergantungan kompeni Belanda terhadap orang-orang Tionghoa di Batavia. Sebab, mereka menopang perekonomian di Ommelanden yang kawasannya meliputi Ommelanden Batavia, Ommelanden Barat (Tangerang), Ommelanden Selatan (Bogor), Banten dan pantai utara jawa (Cirebon, Tegal, Pekalongan, Jepara membuka perkebunan tebu dan produksi tebu pertama di sekitar Batavia kemudian berkembang ke arah timur.

Tercatat sejak tahun 1828 atau dua tahun sebelum Perang Jawa atau Perang Diponegoro (1825-1830) berakhir, di Pasuruan terdapat 21 pabrik gula. Hanya dalam waktu 12 bulan, jumlah pabrik gula berlipat menjadi 51. Apalagi pasca tahun 1830. Tebu yang sebelumnya menguasai seperlima sawah, telah menggeser keberadaan tanaman padi di Pasuruan.
Pada tahun 1830, sesuai keterangan Residen Domis, Bosch melakukan kontrak kerja dengan sembilan perajin gula.

Enam orang di antaranya adalah pengusaha Tionghoa, dan tiga lainnya pengusaha Eropa. “Mereka harus menyerahkan 17.430 pikul gula”.  Yang berjalan di Pasuruan selama itu, para pengusaha (perajin gula) mendapat suplai tebu dari penduduk. Penggilingannya terbuat dari kayu, batu, dan besi yang diletakkan di tengah gubuk berbentuk silinder, yang diputar bolak-balik oleh kerbau Yang menarik dari tradisi penggilingan tradisional ini adalah berasal dari teknologi tradisional Tionghoa dalam menggiling tebu.

Di Leuwinggajah Kabupaten Cirebon. Tan Kim Lin membangun Pabrik Gula di Luwunggajah pada tahun 1827 dan diangkat menjadi Kapten. Setelah Tan Kim Lin Meninggal pabrik Gula di Luwunggajah, dilanjutkan oleh anaknya bernama Tan Tiang Keng, diangkat pula menjadi Kapten. Kemudian Setelah Tan Tiang Keng meninggal di lanjutkan oleh Mayor Tan Tjien Kie. Jadi Tan Kim Lin adalah kakeknya Mayor Tan Tjien Kie yang membangun Pabrik Gula di Luwunggajah. Mayor Tan Tjeng Kie lahir tahun 1853 meninggal 13 Februari 1919.
Dari Produksi Gula membuat Ong Hok Kam, Tan Tiang Keng dan Mayor Tan Tjeng Kie jadi kaya