Regional

Peranan Tokoh Tionghoa Dalam Sumpah Pemuda

Bandung.Swara Jabbar Com.-

Oleh Jeremy Huang Wijaya

如果你住在别人的村庄,就像在自己的家乡一样,遵守规则和传统
Rúguǒ nǐ zhù zài biérén de cūnzhuāng, jiù xiàng zài zìjǐ de jiāxiāng yīyàng, zūnshǒu guīzé hé chuántǒng artinya lama di kampung orang maka jadilah seperti dikampung halaman sendiri, ikuti aturan dan tradisinya

Beberapa waktu yang lalu Saya tuliskan Geger Pecinan yaitu Perang Melawan Penjajahan Belanda dipimpin oleh Tay Wan Soey atau Kapitan Sepanjang, memimpin pasukan Tionghoa yang berhasil melarikan diri dari Batavia ke Lasem yang di tampung Dan di terima oleh Oey Ing Kiat yang memiliki gelar Tumenggung Widyaningrat sebagai Adipati Lasem di dukung oleh Raden Panji Margono, Pangeran Mangkubumi, Dan Raden Mas Said atau lebih dikenal dengan nama Pangeran Samber nyawa. Dikutip dari buku Geger Pecinan 1740-1743: Persekutuan Tionghoa-Jawa Melawan VOC (2013), sementara beberapa masyarakat Tionghoa dari Batavia masih bertahan di sekitar Bekasi, orang Tionghoa di Jawa bagian tengah mulai menghimpun diri.

Saat itu, Kapiten Sepanjang dan masyarakat Tionghoa yang selamat, dikejar oleh pasukan Kompeni di bawah komando Abraham Roos.

Sementara, para penguasa pribumi di Cirebon mencoba mengelabui Kompeni, dengan menahan laju kedatangan pasukan Tionghoa setengah hati. Ini dimaksudkan agar tidak dicurigai.
Kini Saya tuliskan Peranan Tokoh Tionghoa Dalam sejarah Sumpah Pemuda diselenggarakan di Jalan Kramat Raya Nomer 106 milik Sie Kong Lian.
Sumpah Pemuda diselenggarakan di Jalan Kramat Raya nomer 106 milik Sie Kong Lian. Professional Sie Kong Lian Pedagang Kasur kapuk, tokonya dulu di Senin Raya sekarang jadi segitiga Senin. Sie Kong Lian lahir 3 Januari 1878. Meninggal tahun 1954.
Rumah Sie Kong Lian di Jalan Kramat Raya nomer 106 dijadikan tempat Pondokan atau lebih di kenal kost. Sebagai tempat tinggal para pelajar STOVIA Dan Rechtsschool. Dulu yang kost pondok di Kramat Raya nomer 106 adalah Muhammad Yamin, Amir Sjarifoedin, Abu Hanifah, Ferdinand Lumban Tobing, Soenarko, Koentjoro Poerbopranoto, Mohammad Amir, Roesmali, Mohammad Tamzil, Soemanang, Samboedjo Arif, Mokoginta, Hassan, dan Katjasungkana.
Kramat Raya nomer 106 tempat Berkumpulnya para pemuda yang berjuang mere but kemerdekaan, memperjuangkan kemerdekaan, saat itu menimbulkan risiko bagi mereka maupun sang pemilik rumah kos, yakni seorang Tionghoa bernama Sie Kong Lian.

Pasalnya, para intel pemerintah kolonial Hindia Belanda saat itu gencar mengawasi gerakan pembangkangan.

Jika kita membayangkan pemuda-pemuda yang kost di Kramat Raya nomer 106 diskusi seharian soal kebangsaan. Dan banyak nya Intel Intel Hindia Belanda saat itu, Sie Kong Lian berani ambil resiko, Sie Kong Lian memberi ruang buat para pemuda untuk tinggal, berdiskusi, dan menyusun pergerakan. Itulah kehebatan pengorbanan Sie Kong Lian mengijinkan rumah kost nya jadi tempat diskusi para pemuda menyusun pergerakan.
Hadir 5 Tokoh pemuda Tionghoa Dalam Sumpah Pemuda saat itu yaitu Kwee Thiam Hong (Perwakilan dari Jong Sumatranen Bond) Oey Kay Sing, John Liau Tjoan Hok, Tjio Djin Kwie, dan Johan Muhammad Tjia.
Tidak hanya itu Koran Sin Po milik Orang Tionghoa yaitu Ang Yan Goan mempublikasikan lagu Indonesia Raya lengkap dengan Partiturnya tanggal 10 November 1928. misi Sin Po adalah pendukung kemerdekaan Indonesia. Sin Po Pertama kali terbit 1 October 1910. Ang Yin Goan berani mengambil resiko Melawan penjajahan Belanda dengan mempublikasikan lagu Indonesia Raya ciptaan WR Supratman.
Yo Kim Tjan, pemilik Roxi Cinema House dan Lido, bersedia memproduksi dan mendistribusikan rekaman lagu Indonesia Raya melalui Toko Populair.

Yo Kim Tjan jugalah yang menyarankan WR Supratman untuk memproduksi rekaman Indonesia Raya dalam dua versi. Versi pertama adalah versi asli yang dinyanyikan Supratman, sedangkan versi lainnya dibuat dalam format keroncong. Seluruh proses rekaman dilakukan secara sembunyi-sembunyi di rumah Yo di Gunung Sahari 37, Batavia.
Ada satu Tokoh Tionghoa lagu yang jarang di ekspose yaitu Tio Oen Bik. Pada 1932, Tio Oen Bik berpartisipasi di dalam kongres Anti-Perang Sedunia di Amsterdam. Dia juga banyak membantu para pelaut Tiongkok yang terhalang pulang karena depresi ekonomi sepanjang era 1930-an.
Itulah Peranan Tokoh Tionghoa Dalam Sumpah Pemuda.