Regional

Kuburan Sunyaragi, Ku Tiong dan Sin Tiong Yang Hilang Masih Adakah Ceng Beng

Cirebon.Swara Jabbar Com.-

Oleh Jeremy Huang Wijaya

孝顺父母、牢记祖先之恩的孩子,才是有德行的孩子。
Xiàoshùn fùmǔ, láojì zǔxiān zhī ēn de háizi, cái shì yǒu déxíng de háizi artinya anak yang berbakti kepada orang tua, mengingat jasa leluhur adalah anak yang berbudi luhur

Ku Tiong dan Sin Tiong sudah hilang keberadaan nya kini konon ada berita Kuburan Kristen di Jalan Sunyaragi rencananya akan di bongkar untuk pertokoan. Kuburan Kristen Di jalan Sunyaragi sampai saat ini tidak tahu sejak kapan keberadaan Kuburan Kristen di Sunyaragi tetapi ironis jika kuburan tersebut di gusur dan digantikan untuk tempat pertokoan, karena daerah hijau di Kota Cirebon sudah menjadi langka, keberadaan kuburan Sunyaragi selain sebagai kuburan Umat Kristen juga berfungsi sebagai tempat ruang terbuka hijau.

Di Kuburan Sunyaragi banyak dimakamkan tokoh Tionghoa Cirebon seperti Tan Siauw Sien bersama istrinya mantan Guru Bahasa Mandarin sekolah Tionghoa Hwei Koan. Disana juga dimakamkan Yusuf Tedjasantosa suami Nani Susanti tokoh Kristen mantan Notaris ternama di Cirebon, pemilik Gedung Gratia, disana juga dimakamkan Theresia Yuni tokoh Kristen Cirebon, saudara sepupu saya juga dimakamkan disana, untuk apa membuat pertokoan sementara banyak toko yang kosong karena sepi pembeli. Yang penting mengundang pembeli bukan memperbanyak pertokoan. Kuburan adalah bukti sejarah keberadaan suatu komunitas di masa lampau.

Sesudah Imlek warga Tionghoa merayakan hari Ceng Beng atau Festival Qing Ming. Kita mengenal nya sebagai Hari Ziarah kubur. Ada berbagai macam arti dan cerita tentang Ziarah Kubur ini.
Ada yang menyatakan Festival Qingming adalah “Festival tradisional Tiongkok dilaksanakan pada hari ke-104 setelah titik balik Matahari di musim dingin (atau hari ke-15 pada hari persamaan panjang siang dan malam di musim semi), pada umumnya dirayakan pada tanggal 5 April atau 4 April pada tahun kabisat

Secara astronomi, dalam terminologi matahari, Festival Qīngmíng dilaksanakan pada hari pertama dari 5 terminologi Matahari, yang juga dinamai Qīngmíng. Nama yang menandakan waktu untuk orang pergi keluar dan menikmati hijaunya musim semi dan juga ditujukan kepada orang-orang untuk berziarah kubur. Hari Festival ini dijadikan hari libur umum di Tiongkok, begitu juga di Hong Kong, Macau dan Taiwan.

Di Korea, Qīngmíng dikenal dengan sebutan Hansik.”
Kaisar Xuanzong dari Dinasti Tang pada 732 Masehi menciptakan Festival Qing Ming sebagai pengganti upacara pemujaan nenek moyang, karena upacara yang lama terlalu mahal dan rumit. Untuk menurunkan biaya Mahal sehingga menyusahkan diri sendiri. Kemudian Kaisar Xuanzong menitahkan sejak saat itu upacara bagi para leluhur cukup dilakukan pada pertengahan musim semi atau cengbeng saja dengan mengunjungi makam leluhur.
Ada lagi yang mengatakan Festival Qing Ming sejak jaman Kaisar Zhu Yuan Zhang yang merupakan pendiri Dinasti Ming (1368-1644 M)

Latar Belakang Zhu Yuanzhang terlahir dari keluarga Miskin. Ketika dewasa bergabung dengan para pemberontak sorban merah, anti Dinasti Yuan Mongol, karena kepandaian dan kemampuannya, Zhu Yuanzhang dapat posisi penting dalam kelompok tersebut,, berhasil menaklukkan Dinasti Yuan (1271–1368) akhirnya jadi Kaisar, sesudah jadi Kaisar, pulang kampung untuk menjumpai orang tuanya. Namun ketika sampai kampung halamannya ternyata orang tuanya sudah meninggal dunia dan tidak tahu keberadaan makam orang tuanya. “Kemudian untuk mengetahui keberadaan orang tuanya, sebagai seorang kaisar maka Zhu Yuan Zhang memberi titah kepada seluruh rakyatnya untuk melakukan ziarah makam leluhur dengan tujuan sambil membersihkan makam pada hari yang ditentukan.

Selain pembersihan makam, rakyat juga diperintahkan untuk menaruh kertas kuning di atas setiap makam sebagai tanda bahwa makan itu telah dibersihkan.

Setelah rakyat selesai berziarah, kaisar kemudian memeriksa makam-makam di desa dan menemukan makam-makam yang belum dibersihkan dan tidak diberi tanda. Kemudian kaisah pun menziarahi makam-makan itu dengan asumsi bahwa diantara makam-makam itu pastilah makam orang tuanya, sanak keluarga, dan bahkan leluhurnya.

Hal inilah yang kemudian dijadikan tradisi setiap tahun dan diwariskan turun temurun sejak 5000 tahun silam menghormati leluhurnya. Ceng beng sendiri biasanya jatuh pada tanggal 5 April setiap tahunnya, tetapi biasanya pertengahan Maret hingga 5 April sudah banyak orang ziarah kubur. Puncaknya 5 April. Itulah kisah tradisi Ceng Beng