Ragam

Kelenteng Talang Dalam Malay Annals Of Semarang And Cirebon

CIREBON.SJN COM.-学习历史,丰富知识,开拓见识
Xuéxí lìshǐ, fēngfù zhīshì, kāità jiànshì.artinya mempelajari sejarah, memperkaya pengetahuan, membuka wawasan
Kelenteng Talang Cirebon di Jalan Talang memiliki nilai historis yang tercatat dalam Malay Annals Of Semarang And Cirebon. Sampai saat ini belum ada sumber resmi yang menyebutkan kapan Kelenteng Talang di bangun. Ada sumber yang tidak resmi, berdasarkan cerita cerita masa lalu menyatakan Kelenteng Talang dulunya adalah tempat Penginapan Masyarakat Tionghoa yang datang dari Tiongkok yang melewati Perairan Cirebon.

Dari cerita Cerita masa lalu Talang berasal dari kata Sam Po Toa Lang yang artinya Tiga Orang yang di hormati, menggambarkan kedatangan Cheng Ho, Ma Huan dan Fei Xien.

Talang juga ditulis oleh Ma Huan dalam bukunya berjudul Ying Ya Sheng Lan. Daĺam bukunya, Ma Huan menuliskan perkampungan Tionghoa Muslim di Srindil, Sembung dan Talang. Ma Huan dalam bukunya menuliskan Muara Jati dengan sebutan nama Cheng Li Wen artinya sumber yang dalam karena banyaknya kekayaan alam.

Dalam buku Cheng Ho Penyebar Islam Dari China Ke Nusantara karangan Tan Ta Sen Penerbit Kompas halaman 273 menuliskan Adalah menarik untuk mencatat bahwa Malay Annals Of Semarang and Cirebon juga memulai sejarah China Muslim di Jawa pada abad ke 15 dan ke 16 dengan kedatangan armada Cheng Ho di kepulauan Melayu sebagai titik rujukan awal. Sebagaimana di terangkan oleh beberapa sarjana terkemuka seperti HJ De Graaf, Th G Th Pigeaud dan Leo Suryadinata, bahwa kendati kitab tersebut menggabungkan cerita Legenda dan Sejarah, terdapat konsensus umum diantara mereka akan fungsi kitab itu sebagai Sumber Sejarah penting mengenai topik ini.

Sebelum penerbitan Malay Annals of Semarang and Cirebon pada tahun 1960an terdapat dua kategori besar sumber sumber primer tertulis tentang topik yang di kaji tersebut: Kronik-Kronik babad Jawa dan tradisi lisan umpamanya Babad Tanah Jawi, Serat Kandha dan lain lain serta sumber sumber Ming seperti Ming Shi, Ming Shi Lu dan laporan laporan pandangan mata Ma Huan, Fei Xin, Gong Zhen dan lain lain.

Dalam Buku Cheng Ho Penyebar Islam Dari China Ke Nusantara Karangan Tan Ta Sen Penerbit Kompas, halaman 274-275 Malay Annals Of Semarang And Cirebon, di tulis dalam gaya historiografis China Tradisional yang sebenarnya, ia menginformasikan tentang pertumbuhan Komunitas China Muslim di Jawa pada abad ke 15 dan ke 16. Ia juga menggambarkan memori kolektif komunitas komunitas China di Jawa dan Sumatera. Dengan mengandaikan fakta bahwa catatan terakhir bertarikh tahun 1585. Naskah aslinya ditulis dalam bahasa China. Keandalannya Malay Annals Of Semarang and Cirebon sebagai sumber sejarah setara dengan sumber sumber Ming. Teks itu kemudian di terjemahkan dalam bahasa Melayu oleh Seorang China- Jawa Muslim, kemungkinan besar terjemahan itu pada abad ke 17. Teks itu disunting kali pertama oleh Poortman dan dilanjutkan oleh Parlindungan. Teks teks asli itu di temukan di Kelenteng di Semarang dan Talang oleh Poortman Penguasa Belanda.

Dari Wikipedia Poortman belajar Indology di Delft and kemudian ditunjuk sebagai Administrative Cadet di Netherland Indies dan ditempatkan di Tapaktuan di Sumatra Utara. Tahun 1904 ia ditunjuk menjadi Controleur di Sipirok, lalu menjadi Residen di Jambi, dan akhirnya Ia menjadi Acting Adviser pada departemen Native Affairs di Batavia. Tahun 1914-1918 Poortman belajar bahasa Tionghoa dan pada tahun 1928 berhasil mendapatkan akses ke dokumen-dokumen berbahasa Tionghoa di Kelenteng Sam Po Kong, Semarang. Tahun 1930 ia pensiun. Dalam kurun waktu 1930-1940 ia menjalankan risetnya di Belanda, khususnya dalam bidang sejarah Batak, dan memiliki dokumen-dokumen di Amsterdam yang dibawanya pulang ke rumah di Voorburg. Tahun 1951 ia meninggal di Belanda.
Sesungguhnya, Susunan luas sejarah Tionghoa Muslim di Jawa dan Sumatera sebagaimana di dokumentasikan dalam Malay Annals of Semarang and Cirebon bersesuaian dengan sejarah Cheng Ho. Informasi jelas dikumpulkan dan di himpun dengan cara dikumpulkan kembali.

Dalam Buku Cheng Ho Penyebar Islam dari China ke Nusantara karangan Tan Ta Sen Penerbit Kompas halaman 276 dituliskan Menurut Malay Annals Of Semarang and Cirebon, Cheng Ho banyak membantu dalam menyebarkan Islam di kalangan komunitas komunitas China di Kepulauan Melayu. Dia memperkenalkan sistem administrasi yang lebih baik untuk mengatur komunitas komunitas China perantauan di Jawa dan Sumatera. Pada 1419, Cheng Ho menunjuk Haji Bong Tak Keng yang berpangkalan di Champa untuk mengatur komunitas komunitas China Muslim mazhab Hanafi di Asia Tenggara(Nan Yang). Jadi, Champa menjadi Markas besar yang bertanggung jawab mengurus komunitas komunitas China Muslim Perantauan. Badan Pemerintahan itu berfungsi sebagai Biro China Perantauan Pemerintahan Ming dan Haji Bong diangkat sebagai Kepala Biro. Sebuah Kantor Cabang didirikan di Manila yang dipimpin oleh Haji Gan Eng Chu yang diangkat oleh Kepala Biro Haji Bong. Kantor Cabang Manila mengurus orang orang China Muslim di Matan dan orang orang Filipina. Pembentukan kantor cabang itu menunjukkan Hierarki ketat dalam garis Komando, Kepala Biro di Champa bertanggung Jawab atas kantor kantor cabang di Manila dan kemudian di Tuban, Jawa Timur. Hal ini juga dapat kita baca dari buku Berjudul Malay Annals Of Semarang: Text With Translation karya Graaf H. J. De dan Th. F. Piegeaud dalam The Indonesia Reader: History, Culture, Politics.

Dalam Buku Cheng Ho Penyebar Islam dari China ke Nusantara karangan Tan Ta Sen halaman 276 Dibawah Pengarahan Cheng Ho, kemajuan yang cukup berarti tampak dalam perkembangan komunitas komunitas China Muslim di Kepulauan Melayu pada tahun 1420 an sejak perjumpaan pertama dengan satu satunya kelompok China Muslim di Majapahit, selama Pelayaran pertamanya pada 1405, semakin banyak komunitas China Muslim yang menetap di Jawa dan Sumatera. Di Jawa, Masjid-Masjid dibangun di Semarang, Sembung, Sarindil, Talang, Ancol, Lasem, Tuban, Gresik dan Jiaotung. Dalam buku Cheng Ho Penyebar Islam dari Nusantara karangan Tan Ta Sen Penerbit Kompas halaman 280 dituliskan Masjid Masjid awal dari China, India, hingga Asia Tenggara semasa era Cheng Ho mencakup ciri ciri umum seperti atap bertingkat banyak, menara berbentuk Pagoda, sudut atap berbentuk kurva dan berukir kayu.

Jika kita baca buku berjudul Cheng Ho Penyebar Islam dari China ke Nusantara karangan Tan Ta Sen halaman 277 dituliskan… Cheng Ho harus menata kembali organisasi yang mengatur China Perantauan pada tahun 1420an. Dia menempuh dua langkah strategis dengan memindahkan kantor cabang dari Manila ke Tuban Jawa Timur, dan memilih seorang wakil di istana Majapahit. Tuban adalah pelabuhan utama di Jawa dan armada Cheng Ho selama itu memperoleh Bahan perbekalan di Tuban. Jadi, Tuban menempati posisi penting dalam operasi Cheng Ho di Nusantara. Orang kepercayaannya Haji Bong Tak Keng memindahkan Haji Gan Eng Chu beberapa kali pada 1423 dari Manila ke Tuban. Gan Eng Chu praktis menjadi Konsul Jendral Ming China di Kepulauan Melayu. Dia menjadi tokoh China Muslim di Tuban. Dia juga mengurus armada Cheng Ho ketika berlabuh di Tuban untuk mengisi perbekalan dan jasa pengapalan lainnya. Karena itu Gan Eng Chu juga de Facto melayani Majapahit sebagai syahbandar di Tuban. Raja Suhita (Su King Ta) dari Kerajaan Majapahit menganugrahkan gelar A Lu Ya(Arya) kepadanya.

Untuk memperkuat hubungan dengan Majapahit , Haji Ma Hong Fu di tugaskan ke Majapahit pada pertengahan tahun 1420an . Haji Ma adalah Putra seorang bangsawan perang dari Yunnan dan Menantu Haji Bong Tak Keng.

Dalam buku Cheng Ho Penyebar Islam Dari China ke Nusantara Karangan Tan Ta Sen halaman 275 menuliskan Malay Annals Of Semarang And Cirebon mencerminkan memory Kolektif komunitas komunitas China memberi kita suatu perspektif lokal dan perspektif komunitas yang membantu kita memperoleh sebuah wawasan mengenai pemikiran dan pandangan komunitas China Muslim di Jawa pada masa itu tentang bagaimana pelayaran Cheng Ho mempengaruhi kehidupan dan keyakinan religius mereka. Ini sangat penting secara historis dan secara historiografis.(Jeremy Huang)