Wisata Sejarah Ke Lasem
PATI.SJN COM.-欣赏过去的历史。珍惜生命。尊重和关心文化遗产建筑,感谢我们祖先的工作
Xīnshǎng guòqù de lìshǐ. Zhēnxī shēngmìng. Zūnzhòng hé guānxīn wénhuà yíchǎn jiànzhú, gǎnxiè wǒmen zǔxiān de gōngzuò
과거의 역사를 감사합니다. 가치 생명. 문화 유산 건물을 존중하고 돌보며 조상의 작업에 감사합니다.
gwageoui yeogsaleul gamsahabnida. gachi saengmyeong. munhwa yusan geonmul-eul jonjunghago dolbomyeo josang-ui jag-eob-e gamsahabnida
Artinya
Menghargai sejarah masa lalu. menghargai kehidupan. menghargai dan merawat bangunan cagar budaya, menghargai karya leluhur kita.
Anugrah Tuhan apa yang saya impikan dapat terwujud bersama Arie Lie, Paulus Santoso, dan bersama istri saya Yulia Christiani Utami mengunjungi Lasem, kami berangkat dari Bandung pukul 20.00 WIB, pukul 23.30 kami singgah mampir makan Nasi Jamblang Mang Dul di jalan Dr Cipto Mangkunkusumo kemudian kami melanjutkan perjalanan ke Lasem, pukul 5.30 Pagi kami tiba di Pantai Caruban Lasem, kemudian kami berkunjung ke Kelenteng Cu An Kiong, minum kopi lelet di Warung Kopi Jeng Hai. Kopi lelet adalah kopi robusta yang prosesnya digiling halus. Melewati Proses penggilingannya hingga tujuh kali. Sambil minum kopi lelet kami nikmati makan ketan dan makan nasi uduk, tahu isi bihun dan tempe kemul. Kemudian kami keliling Lasem, foto selfie di depan bangunan tua di Lasem, Kami Kunjungi Rumah Merah di Lasem, mengunjungi Oemah Batik Tiga Negri Lasem, kami mengunjungi Rumah Oei menikmati minuman Sirop Kawis dan Sirop Lidah Buaya. Istri saya paling senang minum Sirop Lidah Buaya di Rumah Oei. Di dalam Rumah Oei ada kebaya encim dan ada papan yang menuliskan Sejarah Lasem dan Sejarah Rumah Oei. Dalam sejarah rumah Oei dituliskan Oei Am lahir di Tiongkok 1798 usia 15 tahun merantau dan mendarat di Lasem. Usia 17 tahun menikah dengan Putri Asli Lasem diberi nama Tjioe Nio. Tjioe Nio pandai membatik dan menari. Pada tahun 1818 mendirikan rumah di jalan Jati Rogo no 10 yang sekarang menjadi Roemah Oei..
Kami datang berkunjung ke Kelenteng Cu An Kiong pada salah satu pintu Kelenteng, pada kedua buah daun pintunya di gambarkan kedua tokoh Tionghoa Lasem yang mengajarkan batik pada penduduknya yaitu Bi Nang Un dan istrinya Na Li Ni
Menurut Wikipedia Sejarah Kelenteng Cu An Kiong di tuliskan Orang-orang Tionghoa mulai datang dan mendarat di daerah hutan Jati di sekitar Sungai Babagan Lasem pada abad ke-15. Menurut tradisi, kelenteng Cu An Kiong dibangun orang-orang Tionghoa menggunakan kayu jati yang tersedia melimpah. Tiang penyangga utama kelenteng ini merupakan dua buah kayu jati yang belum pernah diganti hingga sekarang. Pemukiman di sekitar kelenteng selanjutnya semakin bertambah ramai dan menjadi Kota Lasem sekarang ini.
Wikipedia menuliskan Orang-orang Tionghoa yang datang pada masa itu umumnya bukan orang terpelajar dan sebagian besar buta huruf sehingga sangat sedikit catatan mengenai pembangunan kelenteng ini. Setelah perekonomian membaik, kelenteng dipugar dengan mendatangkan para ahli ukir dari Guangdong. Para ahli ukir tersebut akhirnya menetap di Kabupaten Kudus dan mengajar penduduk setempat. Salah satu ahli ukir terkenal, yaitu Tiang Sun Khing, diabadikan menjadi nama Desa Sunggingan. Sementara itu, Tee Ling Sing lebih dikenal dengan nama Kyai Telingsing.
Di Wikipedia di tuliskan Pada masa penjajahan Belanda, kelenteng ini pernah dijarah sehingga banyak catatan sejarah yang hilang. Menurut pengurus kelenteng yang mengunjungi museum di Den Haag, Belanda, terdapat catatan yang menyebutkan bahwa kelenteng ini dibangun pada tahun 1477 Masehi karena lokasi kelenteng ini sudah tecantum pada peta Lasem yang dibuat pada tahun itu. Namun, terdapat pula pendapat yang menyebutkan bahwa kelenteng ini dibangun pada tahun 1335.
Bangunan kelenteng terakhir kali direnovasi pada tahun 1838 untuk meninggikan lantai bangunan yang sering mengalami banjir karena lokasinya tepat berada di depan sungai Lasem. Menurut tradisi, Laksamana Zheng He pernah mendarat di depan kelenteng. Sungai Babagan bermuara di Laut Jawa sehingga pada masa lalu sering digunakan sebagai sarana lalu lintas kapal dengan dermaga yang kini sudah tidak tersisa keberadaannya.
Setelah dari Lasem kami melanjutkan perjalanan ke Semarang dan Jogjakarta (Jeremy Huang)