Regional

Badko HMI Jawa Barat Gelar Bedah Buku Merahnya Ajaran Bung Karno

Bandung.Swara Jabbar Com.-Badan Koordinasi Himpunan Mahasiswa Islam (Badko HMI) Jawa Barat menghelat acara bedah buku karya Airlangga Pribadi Kusman yang berjudul Merahnya Ajaran Bung Karno, bertempat di gedung Graha HMI Bandung pada hari Jumat (14/7) kemarin.

Hadir sebagai pembicara pada diskusi dan bedah buku ini yakni Airlangga Pribadi Kusman, penulis buku serta Aldi Danialdi peneliti pada Forum Studi Asia-Afrika dan Achyar Al Rasyid koordinator Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Dunia sebagai pembedah buku.

Salsa Elizabeth Bellen, Sekretaris Jenderal Sarekat Demokrasi Indonesia (SDI) Jawa Barat menjadi moderator dalam hangatnya diskusi tersebut.

Firman Nasution Ketua Umum Badko HMI Jawa Barat menyampaikan dalam sambutannya bahwa diskusi dan bedah buku ini menjadi penting karena berkaitan dengan sejarah pembangunan bangsa.

“Peran penting Soekarno yang terlibat dalam perjuangan kemerdekaan dan presiden pertama negara Indonesia dapat kita ketahui dalam catatan sejarah. Namun di balik itu, gagasan pemikiran Soekarno dalam pergerakan dan tulisan-tulisannya penting untuk kita selami dalam diskursus pembangunan bangsa” kata Firman (14/7).

Senada dengan itu, ketua pelaksana kegiatan Ismail Syafei menambahkan bahwa cita-cita para pejuang bangsa dalam menggalang persatuan harus diingat oleh generasi muda.

“Perjuangan itu belum berakhir, tugas kita bersama untuk membangun Indonesia yang berdaulat, adil dan makmur dalam konteks masa kini dan masa depan” tandas Ismail.

Acara diskusi dan bedah buku ini disambut antusias oleh banyak kader HMI dan peserta dari organisasi kemahasiswaan dan kepemudaan lain, puluhan peserta memenuhi ruangan diskusi.

Salah satu peserta yang hadir, M Chairul Nizar, mahasiswa IKOPIN University mengatakan bahwa ia dan teman-temannya menyengaja berangkat dari kampusnya untuk hadir dalam diskusi.

Airlangga Pribadi Kusman sang penulis buku mengungkap bahwa konsep Marhaen tidak saja berhenti pada Soekarno. Marhaenisme masih sangat relevan dengan kondisi rakyat Indonesia saat ini.

Marhaenisme merupakan sebuah konsep ideologi yang digagas oleh Soekarno muda sebagai hasil kontemplasi dan buah pikiran dari suasana kebatinan pada saat Indonesia masih digenggam oleh kekuatan imperialisme asing. Meskipun pemikiran Soekarno sedikit banyak terdapat pengaruh dari perseteruan ideologi lain seperti halnya Marxisme, namun konsep Marhaenisme lebih menekankan pada perjuangan secara holistik antara penjajah dengan yang terjajah.

Marhaenisme dapat dikatan lahir dari alam berpikir Bung Karno yang progresif dan revolusioner. Hal ini tidak lepas dari latar belakang Bung Karno yang memang sedari kecil sudah memiliki antusiasme terhadap politik dan senang berorasi. Pemikiran-pemikiran radikal-revolusionernya banyak dipengaruhi oleh para tokoh nasional, salah satunya yaitu Tjokroaminoto yang menjadi mentor politiknya.

Melalui Tjokroaminoto Bung Karno belajar tentang fungsi politik sebagai alat untuk mensejahterakan rakyat. Dari Tjokroaminoto juga Bung Karno belajar tentang pergerakan modern dan bagaimana memanfaatkan media massa untuk menuangkan gagasannya dalam bentuk tulisan.

Pasca kemerdekaan, ideologi Marhaenisme mengalami pasang surut akibat gejolak politik dalam negeri dan disintegrasi nasional yang terjadi. Namun Marhaenisme telak menjadi identitas dalam alam pemikiran dan gerakan pembebasan Soekarno.

“Perdebatan ideologi dan pemikiran sudah seharusnya terjadi pada ruang publik. Seperti yang telah dilakukan oleh para akademisi dan pemikir terdahulu. Jika itu dilakukan maka pemikiran itu akan teruji sehingga pemahaman pemikiran semacam ini tidak eksklusif” tegas Airlangga.

Kontributor: Agus Liwaya